Kanker servik jadi pembunuh wanita

Tahukah Anda, bahwa dalan setiap jam wanita di Indonesia meninggal akibat kanker serviks atau lebih dikenal dengan kanker mulut rahim. Bahkan dalam setiap menit wanita di seluruh dunia meninggal karna kanker yang mematikan ini.

Beda Hormon LH dan FSH

FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior, sebuah kelenjar kecil yang hadir di bagian bawah otak. FSH pada dasarnya menyebabkan pematangan sel telur di dalam folikel dalam tubuh wanita.

Manfaat Bawang Putih

Khasiat atau manfaat bawang putih ternyata tidak hanya untuk menyedapkan atau sebagai bumbu masakan saja, namun ternyata banyak hal lain yg dapat di manfaatkan dari bawang puth tersebut terutamanya untuk dunia kesehatan.

Toko Kayumanis

Selamat datang di Toko Kayumanis version Online Shop Kami menjual T-shirt, kaos oblong dan jaket T-shirt, kaos oblong dan jaket yang kami jual menggunakan bahan yang berkualitas tinggi, kelebihan dari T-shirt, kaos oblong dan jaket di Toko kami dapat anda tentukan sendiri desainnya, pola ataupun grafisnya sesusai keinginan anda sehingga dapat dipastikan tidak ada T-shirt, kaos oblong dan jaket dari Toko kami yang mempunyai motif yang sama.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 29 September 2011

Jenis Tambahn Makanan

Bahan Tambahan Makanan dibedakan bedasarakan asal bahan , cara penambahan, dan aturan penggunaan, yaitu :
1. Berdasarkan asal bahan
Berdasarkan asal bahan , terbagi dalam berberapa kelompok, antara lain :
a. Bahan Alami
Bahan tambahan makanan alami diperoleh dari hasil ekstraksi bahan-bahan alami, misalnya klorofil daun sebagai pewarna, molase tebu sebagai pemanis rasa, serta daun pandan sebagai pemberi aroma. bahan alami oleh sebagian orang dipandang lebih aman dan mudah didapat, namun disisi lain zat aditif alami memiliki kelemahan, yakni kepekatannya relatif kurang stabil karena mudah terpengaruh panas dan kondisi pH, dan untuk membuatnya pun dibatahkan bahan dalam jumlah yang cukup banyak.
b. Bahan Identik Alami
bahan tambahan makanan identik alami umumnya terbuat dari bahan sintetis, bukan merupakan hasil ekstraksi atau isolasi akan tetapi struktur kimianya identik dengan bahan alami. bahan tamabhan makanan yang termasuk dalam bahan identik alami antara lain pewarna yang berasal dari karotenoid murni yang terbagi lagi menjadi santoxantin (merah), apokaroten (merah-oranye), dan beta karoten (kuning)
c. Bahan sintetis
bahan makanan tambahan sintetis, biasanya merupakan hasil sintetis secra kimia, comtoh sakarin dan siklamat yang berfungsi sebagai pemanis, polovinilpirilon (PVP) sebagai hidrokoloid. bahan sintetis memberi keuntungan, antara lain lebih stabil, lebih pekat, dan penggunaannya hanya dalam jumlah sedikit. namun dikhawatirkan akan memberi efek samping terhadap kesehatan. Bahan ada diantaranya yang dicurigai bersifat karsinogenik (dapat memicu timbulnya kanker)

2. Berdasarkan cara penambahan
a. Sengaja ditambahkan
Bahan yang sengaja ditambahkan pada saat mengolah pangan bertujuan untuk memperbaiki sifat organoleptik, memperbaiki nilai gizi, mempertahankan warna, mempertahankan kesegaran, dan mempermudah proses pengolahan. Termasuk di dalam kelompok ini antara lain pengawet, pewarna, pemanis,pemberi aroma, dan antioksidan.
b. Tidak sengaja ditambahkan
Merupakan bahan tambahan makanan yang secara tak sengaja terikut kedalam bahan pangan. bahan tersebut bersal dari residu kontaminan proses pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan dan terus terbawa kedalam makanan yang dikonsumsi, misalnya pupuk, pestisida, kotoran serangga, atau cemaran dari pembungkus.
3. Berdasarkan aturan penggunaan
Penggolongan ini didasarkan atas faktor keamanan yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang
a. Aman (generally recognized as safe = GRASS)
Bahan tambahan makan yang termsuk dal;am kategori aman adalah bahan yang dosis.penggunaanya relatif bebas dan tidak dibatasi. sebagai contoh, penggunaan pati sebaga pengental berdasakan penelitian, pengamatan, dan evaluasi ilmiah para ahli dinyatakan makanan .
b. Memakai aturan penggunaan (Non-GRASS)
Mengingat meningkat bahayadan ancaman yang ditimbulkan pada makanan maka penggunaan perlu diatur dengan peraturan atas undang-undang. dalam hal ini Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarakan beberapa peraturan diantaranyamenyangkut dosis maksimal penggunaan.

Rabu, 28 September 2011

Siklamat

Siklamat merupakan salah satu zat pemanis non nutritif hasil sintesis dari reaksi kimia. siklamat terdapat dalam dua macam yaitu asam dan garamnya . Natrium siklamat adalah bentuk garam yang sering digunakan sebagai pemanis sintetik.

Pemerian Siklamat
1. Natrium Siklamat
Rumus molekul : C6H12NNaO3S

Rumus bangun : - NH – SO3 – Na

Berat molekul : 201,22
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air, dalam 250 bagian etanol (95%) P dan dalam 25 bagian propilen glikol P, Praktis tidak larut dalam klorofom P dan dalam eter P

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa agak manis walaupun dalam larutan encer.

2. Kalsium Siklamat
Rumus molekul : C6H11NcaO3S

Rumus bangun : - NH – SO3 – Ca

Berat Molekul : 219

Kelarutan : Larut dalam 4 bagian air, dalam 50 bagian alchohol dan dalam 1,5 bagian propilen glikol ; praktis tidak larut dalam kloroformdan eter etanol.

Pemerian : Putih tidak bera atau hampir tidak brbau, hablur atauserbuk, rasa sangat manis walaupun dalam larutan encer.

2.4.2 batas Maksimum Penggunaan Siklamat

Menurut PERMENKES R o.7/Menkes/pPer/IX/1988 tentang bahan Tambahan Makanan, Batas maksimum penggunaan siklamat adalah sebagai berikut :

No
Jenis /Bahan Makanan
Batas Maksimum Penggunaan Siklamat
1
Permen Karet
500 mg/Kg dihitung sebagai asam siklamat
2
Permen
1 mg/Kg dihitung sebagai asam siklamat
3
Saus
3 mg/Kg dihitung sebagai asam siklamat
4
Eskrim dan sejenisnya
2 mg/Kg dihitung sebagai asam siklamat
5
Es lilin
3 mg/Kg dihitung sebagai asam siklamat
6
Jem dan jeli
2 mg/Kg dihitung sebagai asam siklamat
7
Minuman Ringan
3 mg/Kg dihitung sebagai asam siklamat
8
Minuman Yoghurt
3 mg/Kg dihitung sebagai asam siklamat
9
Minuman fermentasi
500 mg/Kg dihitung sebagai asam siklamat

(Depkes RI, 1988)

Toksisitas Siklamat

Kontroversi penggunaan siklamat baru muncul pada tahun 1969. Ketika itu, FDA menemukan bukti bahwa campuran siklamat dan sakarin dapat menyebabkan kanker kandung kemih, mutasi, cact lahir, dan gangguan saluran testis (Testicularis demage) pada hewan. Akhirnya FDA pada tahun itu juga melarang penggunaan siklamat .

siklamat pada dasarnya hanya boleh digunakan atau dikonsumsi khusus untuk penderita diabetes (kencing manis), sedangkan untuk makanan dan minuman konsumsi untuk anak- anak dan bukan penderita diabetes tidak diperbolehkan.
Siklamat berbahaya karena hasil metabolismenya yaitu sikloheksilamin bersifat karsinogenik sehingga ekskresi lewat urine dapat merangsang pertumbuhan tumor pada kandung kemih tikus. tumor ditemukan terdapat pada saluran kandung kemih tikus yang diberi dosis sikloheksilamin (125 mg/kg per hari ) melalui makanan selama 78 minggu .







Bahan Tambahan makanan (BTM) yang diizinkan berdasarkan Permenkes RI
Bahan Tambahan makanan (BTM) yang diizinkan berdasarkan Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan makanan adalah sebagai berikiut :
1. Antioksidan (Antioxidant)m adalh bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi.
2. Antikempal (Anticaking Agent), adalah bahan tambahan makanan yang dapt mencegah menggempalnya makanan yang berupa serbuk.
3. Pengaturan keasaman (acidity regulator), adalah bahan tambahan makanan yanng dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan.
4. Pemanis buatan (Artificial Sweetener), adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
5. Pemutih dan pematang tepung (fluor Treatmentn Agent), adalah bahan tambahan makanan yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau pematanagn tepung sehingga apat memperbaiki mutu pemanggangan .
6. Pengemullsi, pemantap, pengental, (emulsifier, stabilizier, thickener), adalah bahan tambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sisterm dispersi yang homogen pada makanan.
7. Pengawet (preservative), adalah bahan tambahan makanan yang mencegah tau menghambat fermentasi, pengasaman atzau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
8. Pengeras (firming agent), adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan .
9. Pewrna(colour), adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan
10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (flavour, Flavour enhancer), adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegasa rasa dan aroma.
11. sekuestran (sequestrant), adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam makanan.
(Depkes RI , 1988)

Selasa, 27 September 2011

Pemeriksaan Telur Cacing Nematoda Usus Metode Kato Katz
Cara Pemeriksaan Kualitatif

Cara pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  1. Digunakan sarung tangan ( handshoen ) untuk mengurangi infeksi berbagai penyakit.
  2. Objek glass dibersihkan dengan kapas alkohol 70% untuk menghilangkan lemak.
  3. Ditulis nomor kode pada objek glass dengan spidol sesuai dengan yang ditulis diwadah sampel.
  4. Tinja diambil dengan lidi sebesar kacang hijau, dan letakan di atas gelas objek.
  5. Ditutup dengan selofan yang direndam dalam larutan kato, dan ratakan tinja di bawah selofan (digantikan dengan plastik jenis mika) dengan tutup botol karet atau objek glass.
  6. Biarkan selama ± 20 sampai 30 menit.
  7. Diperiksa dengan perbesaran lemah 100 x (objektif 10 x dan okuler 10 x), bila perlu dapat dibesarkan menjadi 400 x ( objektif 40 x dan okuler 10 x).
  8. Baca hasil pemeriksaan tinja berupa hasil positif dan negatif tiap jenis telur cacing, tanpa menghitung jumlah telurnya (KEPMENKES,2006)

Cara Pemeriksaan Kuantitatif

Setelah didapatkan hasil positif pada pemeriksaan kualitatif kemudian dilanjutkan ke pemeriksaan kuantitatif, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  1. Digunakan sarung tangan ( handshoen ) untuk mengurangi infeksi berbagai penyakit.
  2. Objek glass dibersihkan dengan kapas alkohol 70 % untuk menghilangkan lemak.
  3. Ditulis nomor kode pada glass objek dengan spidol sesuai dengan yang tertulis dengan wadah sampel
  4. Tinja disaring menggunakan kawat saring untuk mengurangi sisa makanan yang kasar, ditampung hasil saringan dengan cawan petridish.
  5. Tinja diletakan karton yang berlubang (setara dengan 40 mgr berat tinja) di atas slide kemudian masukan tinja yang sudah disaring pada lubang tersebut hingga permukaannya rata dengan karton.
  6. Diangkat karton yang berlubang tersebut dan tutuplah dengan selofan (digantikan dengan plastik jenis mika) yang sudah direndam dengan larutan kato.
  7. Ratakan dengan tutup karet hingga merata.
  8. Didiamkan lebih kurang sediaan selama 20 – 30 menit.
  9. Diperiksa dengan perbesaran lemah 100 x ( objektif 10 x dan okuler 10 x), bila diperlukan dapat dibesarkan 400 x ( objektif 40 x dan okuler 10 x)
  10. Hitung jumlah tiap jenis telur cacing ( Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang) yang ada pada sediaan tersebut.
(KEMENKES,2006)


Cara Menghitung Telur

Hasil pemeriksaan secara kuantitatif merupakan intensitas infeksi, yaitu jumlah telur merupakan jumlah telur per gram tinja (EPG) tiap jenis cacing. Dengan rumus :

  1. Intensitas Ascaris lumbricoides = jumlah telur A. lumbricoides x 1000 mgr
40 mgr

  1. Intensitas trichuris trichiura = jumlah telur Trichuris trichiura x 1000 mgr
40 mgr

  1. Intensitas cacing tambang = jumlah telur cacing tambang x 1000 mgr
40 mgr
(KEMENKES, 2006)

Klasifikasi Intensitas Telur

Infeksi Ringan : Ascaris lumbricoides : 1 – 4.999 EPG
Trichuris Trichiura : 1 – 999 EPG
Cacing tambang : 1 – 1.999 EPG
Infeksi Sedang : Ascaris lumbricoides : 5.000 – 49.999 EPG
Trichuris Trichiura : 1.000 – 9.999 EPG
Cacing tambang : 2.000 – 3.999 EPG
Infeksi Berat : Ascaris lumbricoides : ≥ 50.000 EPG
Trichuris Trichiura : ≥ 10.000 EPG
Cacing tambang : ≥ 4.000 EPG
(KEMENKES, 2006)

Persentase Klasifikasi Intensitas Infeksi

Rumus perhitungan persentase Soil Transmitted Helmintes (Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan Cacing tambang) klasifikasi infeksi per seluruh sampel yang diperiksa, dengan rumus:

Infeksi ringan = Jumlah sampel dalam klasifikasi ringan x 100%
Jumlah seluruh sampel
Infeksi sedang = Jumlah sampel dalam klasifikasi sedang x 100%
Jumlah seluruh sampel
Infeksi berat = Jumlah sampel dalam klasifikasi berat x 100%
Jumlah seluruh sample
(KEMENKES, 2006)

Artikel lainnya di Analisis Dunia Kesehatan
CAIRAN TUBUH DAN SISTEM PENGATURANNYA
Komposisi Cairan Tubuh
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Perpindahan Substansi Antar Kompartmen
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
  1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
  2. Peningkatan permeabilitas.
  3. Peningkatan luas permukaan difusi.
  4. Berat molekul substansi.
  5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.
Keseimbangan Cairan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
  • Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
  • Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
  1. mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
  2. mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
  • Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
  • Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan caira Fungsi Cairan Tubuh
Keseimbangan Cairan Tubuh
  • Jumlah normal air pd tubuh manusia
    • Wanita dewasa muda : 50 - 55% Berat Badan
    • Pria dewasa muda : 55 - 60% Berat Badan
    • Bayi : 75% Berat Badan
    • Usia lanjut : 45% Berat Badan
  • Air penting untuk berbagai fungsi tubuh dan kadarnya harus tetap dijaga
Electrolytes
•Cations (+)
Calcium, Ca++
Magnesium, Mg ++
Potassium, K +
Sodium, Na +
•Anions (-)
Bicarbonate, HCO3-
Chloride, Cl-
Phosphate, HPO4
Keseimbangan Cairan Tubuh
  • Asupan (intake) cairan harus seimbang dgn keluaran (out put) cairan
    • Sumber asupan cairan
        • Makanan dan minuman
        • proses metabolisme (karbohidrat)
    • Sumber keluaran cairan
        • Penguapan melalui paru (pernapasan)
        • Penguapan melalui kulit
        • Feces
        • Produksi urine
    • Artikel lainnya di Analisis Dunia Kesehatan