Kanker servik jadi pembunuh wanita

Tahukah Anda, bahwa dalan setiap jam wanita di Indonesia meninggal akibat kanker serviks atau lebih dikenal dengan kanker mulut rahim. Bahkan dalam setiap menit wanita di seluruh dunia meninggal karna kanker yang mematikan ini.

Beda Hormon LH dan FSH

FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior, sebuah kelenjar kecil yang hadir di bagian bawah otak. FSH pada dasarnya menyebabkan pematangan sel telur di dalam folikel dalam tubuh wanita.

Manfaat Bawang Putih

Khasiat atau manfaat bawang putih ternyata tidak hanya untuk menyedapkan atau sebagai bumbu masakan saja, namun ternyata banyak hal lain yg dapat di manfaatkan dari bawang puth tersebut terutamanya untuk dunia kesehatan.

Toko Kayumanis

Selamat datang di Toko Kayumanis version Online Shop Kami menjual T-shirt, kaos oblong dan jaket T-shirt, kaos oblong dan jaket yang kami jual menggunakan bahan yang berkualitas tinggi, kelebihan dari T-shirt, kaos oblong dan jaket di Toko kami dapat anda tentukan sendiri desainnya, pola ataupun grafisnya sesusai keinginan anda sehingga dapat dipastikan tidak ada T-shirt, kaos oblong dan jaket dari Toko kami yang mempunyai motif yang sama.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 26 Maret 2011

PENYAKIT KECACINGAN MASIH DIANGGAP SEPELE

Penyakit kecacingan atau biasa disebut cacingan masih dianggap sebagai hal sepele oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal jika dilihat dampak jangka panjangnya, kecacingan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi penderita dan keluarganya.

Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS, DTM & H saat menghadiri acara sosialisasi penyakit Kecacingan yang diselenggarakan oleh Johnson & Johnson, Kamis (8/7/2010) di Jakarta.

Prof. Tjandra mengatakan kerugian akibat kecacingan tidak terlihat secara langsung, karena itu penyakit ini sering dianggap sepele oleh masyarakat. Kecacingan dapat menyebabkan anemia (kurang darah), berat bayi lahir rendah, gangguan ibu bersalin, lemas, mengantuk, malas belajar, IQ menurun, prestasi dan produktivitas menurun.

Menurut Prof. Tjandra, jenis cacing yang banyak menyerang adalah cacing gelang (Ascaris Lumbricoides), cacing tambang (Ankylostoma Duodenale dan Necator Americanus), dan cacing cambuk (Trichuris Trichuria). Penyakit ini pada umumnya menyerang pada anak-anak karena daya tahan tubuhnya masih rendah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah iklim tropis, kesadaran akan kebersihan yang masih rendah, sanitasi yang buruk, kondisi sosial ekonomi yang rendah, serta kepadatan penduduk.

Dikatakan lebih lanjut, satu ekor cacing dapat menghisap darah, karbohidrat dan protein dari tubuh manusia. Cacing gelang menghisap 0,14 gram karbohidrat & 0,035 gram protein, cacing cambuk menghisap 0,005 mL darah, dan cacing tambang menghisap 0,2 mL darah. Sekilas memang angka ini terlihat kecil, tetapi jika sudah dikalkulasikan dengan jumlah penduduk, prevalensi, rata-rata jumlah cacing yang mencapai 6 ekor/orang, dan potensi kerugian akibat kehilangan karbohidrat, protein dan darah akan menjadi sangat besar.

Kerugian akibat cacing gelang bagi seluruh penduduk Indonesia dalam kehilangan karbohidrat diperkirakan senilai Rp 15,4 milyar/tahun serta kehilangan protein senilai Rp 162,1 milyar/tahun. Kerugian akibat cacing tambang dalam hal kehilangan darah senilai 3.878.490 liter/tahun, serta kerugian akibat cacing cambuk dalam hal kehilangan darah senilai 1.728.640 liter/tahun, ujar Prof. Tjandra.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Kementerian Kesehatan melakukan kebijakan operasional berupa kerjasama lintas program seperti kemitraan dengan pihak swasta dan organisasi profesi. Tujuannya untuk memutuskan rantai penularan, menurunkan prevalensi kecacingan menjadi <20% pada tahun 2015, serta meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas kerja. Kegiatan yang dilakukan antara lain sosialisasi dan advokasi, pemeriksaan tinja minimal 500 anak SD per kabupaten/kota, intervensi melalui pengobatan dan promosi kesehatan, meningkatkan kemitraan, integrasi program, pencatatan dan pelaporan serta monitoring-evaluasi. 60% Penduduk Indonesia Cacingan, Kerugian Capai Rp 0,5 T Cacingan jelas tidak boleh disepelekan. Sebab, selain menggerogoti gizi, cacingan menjadikan daya tahan tubuh merosot sehingga penderita mudah terserang beragam penyakit. Serangan cacingan berpengaruh terhadap asupan karbohidrat dan gizi penderita. Kerugian akibat cacingan mencapai sekitar Rp 0,5 triliun atau setara dengan 20 juta liter darah/tahun. Sebagian besar penduduk Indonesia atau 60% dari sekitar 220 juta orang ternyata cacingan alias beternak cacing di dalam usus. Dari angka prevalensi 60% itu, 21% di antaranya cacingan menyerang anak usia sekolah dasar dengan kandungan cacing enam ekor per orang. Data tersebut, diperoleh melalui survei dan penelitian di beberapa provinsi pada 2006. Namun, hasil penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan prevalensi antara 2,2% hingga 96,3%,ujar Guru Besar Bidang Ilmu Parasitologi Klinik Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang Prof Dr dr Teguh Wahju Sardjono di Jakarta, kemarin. Ironisnya, menurut Prf Teguh, penyakit yang masuk kategori parasit ini tidak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Padahal, kerugian akibat infeksi cacing tersebut cukup tinggi. apalagi kalau melihat kondisi masyarakat Indonesia yang lebih dari 30 juta jiwa berada dibawah garis kemiskinan. Cacing sesungguhnya tidak memandang bulu untuk menginfeksi manusia. Dengan bermacam perantara, cacing dapat mudah masuk ke tubuh manusia yang kebanyakan melalui makanan yang tidak higienis dalam penyajiannya. Meski menginfeksi manusia, cacing tidak meninggalkan sifat aslinya yang senang dengan lingkungan yang kotor dan lembab. Hal inilah yang menyebabkan infeksi cacing kerap ditemukan pada lingkungan masyarakat yang kumuh dan lembab. Namun demikian, mereka yang selalu menjaga kebersihan akan bebas cacing 100 %. Karena, manusia tidak dapat menghindari kontak dengan orang lain yang mungkin membawa telur cacing. Pada kasus ringan, cacingan tidak menimbulkan gejala nyata, namun pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Ascaris pada cacing dapat bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan peritonitis, akibat perforasi usus dan ileus obstruksi akibat bolus yang dapat berakhir dengan kematian. Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, tuberculosis, dan malaria. Pantat gatal, merupakan salah satu gejala untuk infeksi dari jenis cacing enterobius vermicularis. Pada spesies cacing ini, indung cacing keluar dari lubang anus biasanya di malam hari ketika kita tidur, dan meletakkan telurnya di daerah sekeliling anus (peri-anal). Dengan menggunakan selotip, contoh telur-telur dapat di ambil dan dapat dilihat dengan bantuan mikroskop untuk diagnosa. Cacingan dapat dicegah dengan mencuci badan, terutama tangan dan kaki dengan air dan sabun dengan bersih. Apabila salah satu anggota keluarga terkena cacingan, maka semua orang di rumah harus dirawat. Seprai, handuk dan pakaian yang dipakai pada 2 hari sebelumnya harus dicuci dengan dengan air hangat dan detergen.


Artikel lainnya di Analisis Dunia Kesehatan