Kanker servik jadi pembunuh wanita

Tahukah Anda, bahwa dalan setiap jam wanita di Indonesia meninggal akibat kanker serviks atau lebih dikenal dengan kanker mulut rahim. Bahkan dalam setiap menit wanita di seluruh dunia meninggal karna kanker yang mematikan ini.

Beda Hormon LH dan FSH

FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior, sebuah kelenjar kecil yang hadir di bagian bawah otak. FSH pada dasarnya menyebabkan pematangan sel telur di dalam folikel dalam tubuh wanita.

Manfaat Bawang Putih

Khasiat atau manfaat bawang putih ternyata tidak hanya untuk menyedapkan atau sebagai bumbu masakan saja, namun ternyata banyak hal lain yg dapat di manfaatkan dari bawang puth tersebut terutamanya untuk dunia kesehatan.

Toko Kayumanis

Selamat datang di Toko Kayumanis version Online Shop Kami menjual T-shirt, kaos oblong dan jaket T-shirt, kaos oblong dan jaket yang kami jual menggunakan bahan yang berkualitas tinggi, kelebihan dari T-shirt, kaos oblong dan jaket di Toko kami dapat anda tentukan sendiri desainnya, pola ataupun grafisnya sesusai keinginan anda sehingga dapat dipastikan tidak ada T-shirt, kaos oblong dan jaket dari Toko kami yang mempunyai motif yang sama.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 27 September 2011

Pemeriksaan Telur Cacing Nematoda Usus Metode Kato Katz
Cara Pemeriksaan Kualitatif

Cara pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  1. Digunakan sarung tangan ( handshoen ) untuk mengurangi infeksi berbagai penyakit.
  2. Objek glass dibersihkan dengan kapas alkohol 70% untuk menghilangkan lemak.
  3. Ditulis nomor kode pada objek glass dengan spidol sesuai dengan yang ditulis diwadah sampel.
  4. Tinja diambil dengan lidi sebesar kacang hijau, dan letakan di atas gelas objek.
  5. Ditutup dengan selofan yang direndam dalam larutan kato, dan ratakan tinja di bawah selofan (digantikan dengan plastik jenis mika) dengan tutup botol karet atau objek glass.
  6. Biarkan selama ± 20 sampai 30 menit.
  7. Diperiksa dengan perbesaran lemah 100 x (objektif 10 x dan okuler 10 x), bila perlu dapat dibesarkan menjadi 400 x ( objektif 40 x dan okuler 10 x).
  8. Baca hasil pemeriksaan tinja berupa hasil positif dan negatif tiap jenis telur cacing, tanpa menghitung jumlah telurnya (KEPMENKES,2006)

Cara Pemeriksaan Kuantitatif

Setelah didapatkan hasil positif pada pemeriksaan kualitatif kemudian dilanjutkan ke pemeriksaan kuantitatif, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  1. Digunakan sarung tangan ( handshoen ) untuk mengurangi infeksi berbagai penyakit.
  2. Objek glass dibersihkan dengan kapas alkohol 70 % untuk menghilangkan lemak.
  3. Ditulis nomor kode pada glass objek dengan spidol sesuai dengan yang tertulis dengan wadah sampel
  4. Tinja disaring menggunakan kawat saring untuk mengurangi sisa makanan yang kasar, ditampung hasil saringan dengan cawan petridish.
  5. Tinja diletakan karton yang berlubang (setara dengan 40 mgr berat tinja) di atas slide kemudian masukan tinja yang sudah disaring pada lubang tersebut hingga permukaannya rata dengan karton.
  6. Diangkat karton yang berlubang tersebut dan tutuplah dengan selofan (digantikan dengan plastik jenis mika) yang sudah direndam dengan larutan kato.
  7. Ratakan dengan tutup karet hingga merata.
  8. Didiamkan lebih kurang sediaan selama 20 – 30 menit.
  9. Diperiksa dengan perbesaran lemah 100 x ( objektif 10 x dan okuler 10 x), bila diperlukan dapat dibesarkan 400 x ( objektif 40 x dan okuler 10 x)
  10. Hitung jumlah tiap jenis telur cacing ( Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang) yang ada pada sediaan tersebut.
(KEMENKES,2006)


Cara Menghitung Telur

Hasil pemeriksaan secara kuantitatif merupakan intensitas infeksi, yaitu jumlah telur merupakan jumlah telur per gram tinja (EPG) tiap jenis cacing. Dengan rumus :

  1. Intensitas Ascaris lumbricoides = jumlah telur A. lumbricoides x 1000 mgr
40 mgr

  1. Intensitas trichuris trichiura = jumlah telur Trichuris trichiura x 1000 mgr
40 mgr

  1. Intensitas cacing tambang = jumlah telur cacing tambang x 1000 mgr
40 mgr
(KEMENKES, 2006)

Klasifikasi Intensitas Telur

Infeksi Ringan : Ascaris lumbricoides : 1 – 4.999 EPG
Trichuris Trichiura : 1 – 999 EPG
Cacing tambang : 1 – 1.999 EPG
Infeksi Sedang : Ascaris lumbricoides : 5.000 – 49.999 EPG
Trichuris Trichiura : 1.000 – 9.999 EPG
Cacing tambang : 2.000 – 3.999 EPG
Infeksi Berat : Ascaris lumbricoides : ≥ 50.000 EPG
Trichuris Trichiura : ≥ 10.000 EPG
Cacing tambang : ≥ 4.000 EPG
(KEMENKES, 2006)

Persentase Klasifikasi Intensitas Infeksi

Rumus perhitungan persentase Soil Transmitted Helmintes (Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan Cacing tambang) klasifikasi infeksi per seluruh sampel yang diperiksa, dengan rumus:

Infeksi ringan = Jumlah sampel dalam klasifikasi ringan x 100%
Jumlah seluruh sampel
Infeksi sedang = Jumlah sampel dalam klasifikasi sedang x 100%
Jumlah seluruh sampel
Infeksi berat = Jumlah sampel dalam klasifikasi berat x 100%
Jumlah seluruh sample
(KEMENKES, 2006)

Artikel lainnya di Analisis Dunia Kesehatan
CAIRAN TUBUH DAN SISTEM PENGATURANNYA
Komposisi Cairan Tubuh
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Perpindahan Substansi Antar Kompartmen
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
  1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
  2. Peningkatan permeabilitas.
  3. Peningkatan luas permukaan difusi.
  4. Berat molekul substansi.
  5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.
Keseimbangan Cairan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
  • Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
  • Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
  1. mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
  2. mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
  • Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
  • Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan caira Fungsi Cairan Tubuh
Keseimbangan Cairan Tubuh
  • Jumlah normal air pd tubuh manusia
    • Wanita dewasa muda : 50 - 55% Berat Badan
    • Pria dewasa muda : 55 - 60% Berat Badan
    • Bayi : 75% Berat Badan
    • Usia lanjut : 45% Berat Badan
  • Air penting untuk berbagai fungsi tubuh dan kadarnya harus tetap dijaga
Electrolytes
•Cations (+)
Calcium, Ca++
Magnesium, Mg ++
Potassium, K +
Sodium, Na +
•Anions (-)
Bicarbonate, HCO3-
Chloride, Cl-
Phosphate, HPO4
Keseimbangan Cairan Tubuh
  • Asupan (intake) cairan harus seimbang dgn keluaran (out put) cairan
    • Sumber asupan cairan
        • Makanan dan minuman
        • proses metabolisme (karbohidrat)
    • Sumber keluaran cairan
        • Penguapan melalui paru (pernapasan)
        • Penguapan melalui kulit
        • Feces
        • Produksi urine
    • Artikel lainnya di Analisis Dunia Kesehatan
Difusi, Osmosis, Filtrasi dan Transport Aktif
Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
  1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
  2. Peningkatan permeabilitas.
  3. Peningkatan luas permukaan difusi.
  4. Berat molekul substansi.
  5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.


Artikel lainnya di Analisis Dunia Kesehatan

Pengertian Pemanis



Biasanya zat pemanis memiliki nilai kalori yang lebih rendah dari gula biasa. Dalam kehidupan sehari-hari, yang disebut mansi umunya dikenal gula. Secara kimiawi, gula dikenal dalam jenis monosakarida (glukosa , fruktosa, dan galaktosa), disakarida (sukrosa, Maltosa, dan Laktosa), Polisakarida yang rasanya tawar. Gula berfungsi sebagai penghasil kalori, namun tidak membuat rasa kenyang, menambah rasa makanan , dan memberi tekstur serta warna pada makanan yang dipanggang. dalam perkembangan teknologi, tenyata rasa manis gula dapat ditiru secara kimiawi . Rasa manis tiruan tersebut dikenal dengan pemanis buatan. Pemanis buatan adalah bahan tambhan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.

Pemanis yang ideal harus memiliki karakteristik berikut :
1. Tingkat kemanisan minimal sama dengan sukrosa
2. Tidak berwarna
3. Larut dalam air
4. Komposisinya stabil
5. Tidak beracun dan tidak membahayakan kesehatan pemakai
6. Memiliki sifat-sifat dan fungsi lain untuk makanan dan minuman , misal sebagai penghalus tekstur kue
7. Secara ekonomi layak

Meskipun telah banyak ditemukan zat pemanis sintetik, tetapi hanya beberapa saja yang diizinkan. Menurut Permenkes RO No.722/Menkes/Per/IX/1998 tentang pemanis buatan yang diizinkan adalah sebagai berikut :
1. Aspartam
2. sakarin
3. Siklamat
4. Sorbitol

Pemanis buatan yang paling sering digunakan dalam pengolahan makan dan minuman di indonesia adalah sakarin dan siklamat yang mempunyai tingkat kemanisan 300 dan 30-80 kali gula alami, oleh karena itu sering disebut biang gula. Siklamat dan sakarin sangat mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah. hal ini mendorong produsen makan dan minuman ringan untuk menggunakan kedua jenis opemanis buatan tersebut.

pemanis Nutritif
Pemanis nutritif adalah gula atau senyawa organik karbohidrat yang mengandug nutrisi dan mampu menghasilkan sejumlah kalori. Pemanis ini terdiri dari pemanis alami maupun pemanis sintetis.
1. Pemanis nutrisi alami
Pemanis ini berasal dari tanaman ataupun hewan. Pemanis utritif yang bersala dari tanaman , diantaranya gula tebu (Saccharum officinarum L) dan ekstra bit (beta vulgaris). secara umum, kedua pemanis ini lebih dikenal dengan sebutan gula pasir. Selain berfungsi sebagai bahan pemanis , gula pasir juga berperan menimbulkan warna kecoklatan (browning), mudah terfermentasi, menurunkan titkbeku, mempertegas aroma, dan rasa (flavor enhancer)
Selain dari tumbuhan, pemanis nutritif alami dapat pula bersal dari hewan, misalnya dari lebah yang menghasilkan madu ataupun susu sebagai penghasil laktosa. secara komersial laktosa atau gula susu diperoleh dari cairan sisa pembuatan keju (whey). Selain sebagai penghasil gula susu, laktosa dapat pula digunakan untuk membuat yoghurt dan susu asam.

2. Pemanis nutritif sintetis
Pemanis nutritif sintetis berasal dari senyawa sinetis.jenis yang populer dari pemanis ini adalah aspartam yang ditemukan tanpa sengaja oleh james schalatter 1965. Aspartam memiliki tingkat kemanisan sekitar 200 kali kemanisan sukrosa(1kg aspartam dapat menggantikan 200kg gula).nilai kalori yang yang dikandungnya pun hanya sepersepuluh kandungan kalori gula. oleh karena itu , aspartam banyak digunakan untuk pemanis produk minuman ringan (soft drink), khususnya untuk program diet, dan aman untuk penderita diabetes.

Pemanis non-nutritif
Pemanis non-nutritif adalah pemanis yang hanya sedikit mengandunga kalori atau tidak sam sekali..Pemanis non-nutritif juga dapat berasal dari senyawa steviosida yang terdapat pada stevia.(stevia rebaosiana) dan osladin hasil ekstrak akar tanaman paku (polypodium vulgare). Pemanis non-nutitif yang berasal dari kelompok protein, diantaranya miralin yang berasal dari ekstrak buah synsepolum dulficinum, monellin dari buah Dioscorephyllum cumminisii, dan thaumatin. Pemanis non-nutritif dapat pula berasal dari sintesis beberapa reaksi kimia . Bahkan produk pemanis non-nutritif hasil sintetis diantaranya sakarin dan siklamat.

Artikel lainnya di Analisis Dunia Kesehatan
Sumber dan Macam Bahan Pencemar Air Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau kondisi (misal Panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, Sebagai contoh suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci). Sumber penyebab terjadinya Pencemaran Air Ada beberapa penyebab terjadinya pencemaran air antara lain apabila air terkontaminasi dengan bahan pencemar air seperti sampah rumah tangga, sampah lembah industri, sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumah sakit, limbah kotoran ternak, partikulat-partikulat padat hasil kebakaran hutan dan gunung berapi yang meletus atau endapan hasil erosi tempat-tempat yang dilaluinya. Bahan Pencemar air Pada dasarnya Bahan Pencemar Air dapat dikelompokkan menjadi: a) Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah industri gula tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati. Untuk proses penguraian sampah-sampah tersebut memerlukan banyak oksigen, sehingga apabila sampah-sampah tersbut terdapat dalam air, maka perairan (sumber air) tersebut akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung protein (hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk diminum atau untuk mandi. C, H, S, N, + O2 —–> CO2 + H2O + H2S + NO + NO2 Senyawa organik b) Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu bahan pencemar yang mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types) atau penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah rumah sakit atau dari kotoran hewan/manusia. c) Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga mengganggu fungsi organ tubuh tersebut. d) Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yaitu senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer seperti plastik, deterjen, serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak. Bahan pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan menggunung dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup. e) Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa nitrat, senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dengan pesat sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat masuk ke dalam air. f) Bahan pencemar berupa zat radioaktif, dapat menyebabkan penyakit kanker, merusak sel dan jaringan tubuh lainnya. Bahan pencemar ini berasal dari limbah PLTN dan dari percobaan-percobaan nuklir lainnya. g) Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan lumpur akibat erosi pada tepi sungai atau partikulat-partikulat padat/lahar yang disemburkan oleh gunung berapi yang meletus, menyebabkan air menjadi keruh, masuknya sinar matahari berkurang, dan air kurang mampu mengasimilasi sampah. h) Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal dari limbah pembangkit tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air sebagai pendingin. Bahan pencemar panas ini menyebabkan suhu air meningkat tidak sesuai untuk kehidupan akuatik (organisme, ikan dan tanaman dalam air). Tanaman, ikan dan organisme yang mati ini akan terurai menjadi senyawa-senyawa organik. Untuk proses penguraian senyawa organik ini memerlukan oksigen, sehingga terjadi penurunan kadar oksigen dalam air. Secara garis besar bahan pencemar air tersebut di atas dapat dikelompokkan menjadi: a) Bahan pencemar organik, baik yang dapat mengalami penguraian oleh mikroorganisme maupun yang tidak dapat mengalami penguraian. b) Bahan pencemar anorganik, dapat berupa logam-logam berat, mineral (garam-garam anorganik seperti sulfat, fosfat, halogenida, nitrat) c) Bahan pencemar berupa sedimen/endapan tanah atau lumpur. d) Bahan pencemar berupa zat radioaktif e) Bahan pencemar berupa panas

Artikel lainnya di Analisis Dunia Kesehatan