- Arteri radialis umumnya dipakai meskipun brakhialis juga dapat digunakan
- Bila menggunakan pendekatan arteri radialis lakukan tes Allen’s. Secara terus menerus bendung arteri radialis dan ulnaris. Tangan akan putih kemudian pucat. Lepaskan aliran arteri ulnaris. Tes allen’s positif bila tangan kembali menjadi berwarna merah muda. Ini meyakinkan aliran arteri bila aliran arteri radialis tidal paten
- Pergelangan tangan dihiperekstensikan dan tangan dirotasi keluar
- 1 ml heparin diaspirasi kedalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan heparin, dan kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan heparin dan tak ada gelembung udara
- Arteri brakialis atau radialis dilokalisasi dengan palpasi dengan jari tengah dan jari telunjuk, dan titik maksimum denyut ditemukan. Bersihkan tempat tersebut dengan kapas alcohol
- Jarum dimasukkan dengan perlahan kedalam area yang mempunyai pulsasi penuh. Ini akan paling mudah dengan memasukkan jarum dan spuit kurang lebih 45-90 derajat terhadap kulit
- Seringkali jarum masuk menembus pembuluh arteri dan hanya dengan jarum ditarik perlahan darah akan masuk ke spuit
- Indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya pemompaan darah kedalam spuit dengan kekuatannya sendiri
- Setelah darah 5 ml diambil, jarum dilepaskan dan petugas yang lain menekan area yang di pungsi selama sedikitnya 5 menit (10 menit untuk pasien yang mendapat antikoagulan)
- Gelembung udara harus dibuang keluar spuit. Lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara pada spuit. Putar spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
- Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es, kemudian dibawa kelaboratorium
Jenis gangguan asam basa | PH | Total CO2 | PCO2 |
Asidosis respiratorik tidak terkonpensasi Alkalosis respiratorik tidak terkonfensasi Asidosis metabolic tidak terkonfensasi Alkalosis metabolic tidak terkonfensasi Asidosis respiratorik kompensasi alkalosis metabolic Alkalosis respiratorik kompensasi asidosis metabolic Asidosis metabolic kompensasi alkalosis respiratorik Alkalosis metabolic kompensasi asidosis respiratorik | Rendah Tinggi Rendah Tinggi Normal Normal Normal Normal | Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi | Tinggi Rendah Normal Rendah Normal Normal Rendah Tinggi |
PEMERIKSAAN | HASIL | NORMAL |
PH | 7.387 | 7,34 -7,44 |
PCO2 | 24.87 | 35 – 45 |
PO2 | 44.0 | 89 – 116 |
HCO3 | 14.5 | 22 – 26 |
TCO2 | 15,2 | 22 – 29 |
BASSE EXCESS | -8,4 | - 2 – ( +3 ) |
SATURASI O2 | 80,2 | 95 -98 |
PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH
Gunakan tehnik steril
Hindari penusukan yang sering pada tempat yang sama untuk mencegah aneurisma
Jangan menusukkan jarum lebih dari 0,5 cm
Harus mengetahui anatomi untuk mencegah terjadinya penusukan pada saraf
Lakukan palpasi sebelum di lakukan penusukan
Bila perlu pengulangan pemeriksaan analisa gas darah dokter akan memasang “arteri line”
Tujuan : memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang
lain
Cara melakukan pengambilan darah arteri/astrup yaitu :
Siapkan alat-alat yang di butuhkan ;
Syringe 2,5 cc , heparin kapas alkohol / betadin lembab dan kering steril, gabus, pengalas, plester, sarung tangan, label dengan identitas pasien
Jelaskan pada pasien tindakan dan tujuan di lakukan pengambilan darah arteri
Cuci tangan
Pasien dalam posisi nyaman dengan lengan ekstensi
Tentukan daerah / lokasi penusukan lengan melakukan palpasi (radialis atau brakhialis)
f.Pakai sarung tangan (glove)
Bersihkan daerah penusukan dengan antiseptik
Ambil kapas alkohol / betadin dan lakukan palpasi lagi, pertahankan ujung jari pada posisi arteri yang tepat
Ambil spuit dan jarum yang sudah diisi dengan antikogulan
Lakukan penusukan pada daerah arteri yang dituju dengan sudut jarum
300 - 450 untuk daerah radialis dan 450 - 600 untuk daerah brakhialis dan 90 % untuk daerah femoralis
Perhatikan dasar spuit terhadap adanya pulpasi darh yang masuk dalam spuit dan stop jarum bila sudah terlihat
Biarkan darah masuk kedalam spuit secara spontan tanpa diaspirasi sebanyak 2 cc
Ambil kapas alkohol/betadine dan hapus pada bagian atas daerah penusukan dan angkat spuit berikut jarum, segera lakukan penekanan.
Penekanan ini dipertahankan selama 5 – 10 menit dengan menggunakan kapas kering steril (bila perlu plester)
Bersihkan daerah penusukkan dengan menggunakan kapas steril terhadap darah yang keluar dari daerah penusukan
Lakukan infeksi dan palpasi terhadap daerah penususkan untuk mendeteksi adanya perdarahan, dan lakukan balut tekan bila terjadi perdarahan terus menerus
Siapkan darah untuk pemeriksaan analis, buang udara yang terdapat dalam spuit dan tusukkan jarum pada gabus
Beri label ; nama, jam pengambilan, suhu dan ruangan
Letakkan spuit darah kedalam tabung / kontainer /plastik yang berisi es
Sarung tangan dilepas dan perawat mencuci tangan
Catat / dokumentasi terhadap informasi yang diperlukan paform pengisian
Kirim specimen darah tersebut segera ke laboratorium
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil analisa gas darah meliputi :
a.Suhu, pada suhu 370 c selama 10 menit PH akan berubah, 0,10 ; PaCO21 mmhg dan PO2 0,7 mmhg, sedangkan pada suhu 40 dalam 10 menit PH berubah 0,01 ; PaCO2 0,01 mmhg dan PaO2,07 mmhg. Sebaiknya darah dimasukkan kedalam es untuk menghindari / mengurangi metabolisme dan mencegah konsumsi oksigen dan karbondioksida yang dapat mempengaruhi nilai
b.Darah yang diambil, darah arteri merupakan contoh baku untuk pemeriksaaan analisa gas darah
c.Pemakaian heparin, jangan lebih dari 0,05 cc untuk 1 cc darah (cukup membilas spuit dengan heparin)
d.Gelembung udara dalam spuit, yang akan mempengaruhi CO2 dan O2
Komponen yang diperiksa dalam analisa gas darah meliputi :
PH (normal : 7,35 – 7,45)
PH akan menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam tubuh. Ada peningkatan atau penuruna ion H+ akan mempengaruhi stabilitas dari PH cairan tubuh. Bila ion H+ meningkat PH akan rendah dan bila ion H+ menurun PH akan meningkat
PaCO2 (normal : 35 – 45 mmhg)
PaCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut. PaCO2 ini merupakan parameter untuk mengetahui fungsi respirasi dan menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar. Bila PaCO2 rendah menunjukkan adanya hyperventilasi karena rangsangan pernafasan dan bila PaCO2 tinggi (hypoventilasi) menunjukkan adanya kegagalan ventilasi alveolis. Pada PaCO2 rendah konsentrasi ion H+ akan rendah dan PH meningkat, sedangkan bila terjadi peningkatan PaCO2 konsentrasi ion H+ akan mengingat dan PH menjadi rendah
PaO2 (normal : 80 – 100 mmhg)
PaO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh oksigen yang terlarut dalam darah. PaO2 akan memberikan petunjuk cukup tidaknya oksigenisasi darah arteri
Base Ekses (E . E) (normal ± 2 / 2,5 mEQ / 1)
Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat / kekurangan asam tetap atau kekurangan basa / kelebihan asam.
Bila nilai positif menunjukkan kelebihan basa dan bila nilai negatif menunjukkan kelebihan asam
TCO2 (normal : 24 -31 mmhg)
Total CO2 yang terdapat dalam plasma, yang meliputi asam karbonat, bikarbonat dan senyawa karbamino. TCO2 dapat digunakan sebagai petunjuk klinik gangguan keseimbangan asam untuk memperkirakan kelebihan atau kekurangan basa karena perbandingan bikarbonat dan asm bikarbonat 20 : 1
Sat. O2 (normal : 96 -100 %)
Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Sat O2 sangat membantu untuk menghitung kandungan oksigen dalam darah.
PENTINGNYA PEMERIKSAAN GAS DARAH
Jenis gangguan | pH | PCO2 | HCO3 |
Asidosis respiratorik akut | | | N |
Asidosis respiratorik terkompensasi sebagian | | | |
Asidosis respiratorik terkompensasi penuh | N | | |
Asidosis metabolik akut | | N | |
Asidosis metabolik terkompensasi sebagian | | | |
Asidosis metabolik terkompensasi penuh | N | | |
Asidosis respiratorik dan metabolik | | | |
Alkalosis respiratorik akut | | | N |
Alkalosis respiratorik tekompensasi sebagian | | | |
Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh | N | | |
Alkalosis metabolik akut | | N | |
Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian | | | |
Alkalosis metabolic terkompensasi penuh | N | | |
Alkalosis metabolik dan respiratorik | | | |
- Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
- Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
- Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
- Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
- Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
- Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
- Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50.
- Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat
- Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga normal.
- Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen.
- Tujuan
- Indikasi
- Lokasi pungsi arteri
- Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD
- Hal-hal yang perlu diperhatikan