Kanker servik jadi pembunuh wanita

Tahukah Anda, bahwa dalan setiap jam wanita di Indonesia meninggal akibat kanker serviks atau lebih dikenal dengan kanker mulut rahim. Bahkan dalam setiap menit wanita di seluruh dunia meninggal karna kanker yang mematikan ini.

Beda Hormon LH dan FSH

FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior, sebuah kelenjar kecil yang hadir di bagian bawah otak. FSH pada dasarnya menyebabkan pematangan sel telur di dalam folikel dalam tubuh wanita.

Manfaat Bawang Putih

Khasiat atau manfaat bawang putih ternyata tidak hanya untuk menyedapkan atau sebagai bumbu masakan saja, namun ternyata banyak hal lain yg dapat di manfaatkan dari bawang puth tersebut terutamanya untuk dunia kesehatan.

Toko Kayumanis

Selamat datang di Toko Kayumanis version Online Shop Kami menjual T-shirt, kaos oblong dan jaket T-shirt, kaos oblong dan jaket yang kami jual menggunakan bahan yang berkualitas tinggi, kelebihan dari T-shirt, kaos oblong dan jaket di Toko kami dapat anda tentukan sendiri desainnya, pola ataupun grafisnya sesusai keinginan anda sehingga dapat dipastikan tidak ada T-shirt, kaos oblong dan jaket dari Toko kami yang mempunyai motif yang sama.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 28 Maret 2012

HAMA DAN PENYAKIT

Hama yang biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd), katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam.

Penyakit

Gangguan penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit parasiter. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat musim kemarau dimana suhu menjadi lebih lebih dingin.

Penyakit non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, tapi biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan makanan. Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturanan. Untuk mengetahui gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara dapat diketahui dari pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.

Penyakit parasiter diakibatkan parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak penyerangannya parasit dibagi menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh ikan.

Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit parasiter adalah sebagai berikut :

· Penyakit pada kulit :
Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip.
Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.

· Penyakit pada insang :
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.

· Penyakit pada organ dalam :
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.

Salah satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi. Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacar. Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing Thematoda yang berasal dari siput-siput kecil.

Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama beberapa hari agar parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam dapur.

Selain penggunaan bahan kimia tersebut di atas, petani di daerah Banyumas menggunakan laun lambesar (Chromolaena odorata (L), RM King & H. Robinson ) sebagai antibiotik. Daun lambesan dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu pada saat pengolahan kolam. Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul (yaitu kurang lebih 50 kg) untuk luas tanah 25 m2. Penggunaan daun ini adalah 1 untuk 1 masa tanam.

Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia

yang merugikan bagi organisme hidup.

Dari definisi diatas, jelas terlihat bahwa dalam Toksikologi terdapat unsur-unsur yang

saling berinteraksi dengan suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada

system biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada system biologi tersebut.

Salah satu unsur Toksikologi adalah agent-agent kimia atau fisika yang mampu

menimbulkan respon pada system biologi.

Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut menentukan

timbulnya effek-effek yang tidak diinginkan ini.

Dalam tulisan ini akan dibicarakan mengenai penggolongan agent toksis & sifat

khusus dari pemaparan.

PENGGOLONGAN AGENT-AGENT TOKSIS :

Zat-zat toksis digolongkan dengan cara-cara yang bermacam-macam

tergantung pada minat dan kebutuhan dari yang menggolongkannya.

Sebagai contoh, zat-zat toksis dibicarakan dalam kaitannya dengan organ-organ

sasaran dan dikenal sebagai racun-racun liver, racun-racun ginjal penggunaannya

dikenal sebagai pestisida-pestisida, pelarut-pelarut, bahan-bahan additif pada

makanan dan lain-lain dan kalau dihubungkan ke sumbernya dikenal sebagai toxintoxin

binatang dan tumbuh-tumbuhan kalau dikaitkan dengan effek-effek mereka

dikenali sebagai karsinogen, mutagen dan seterusnya.

Agent-agent toksis bisa juga digolongkan berdasarkan :

Sifat fisiknya : gas, debu, logam-logam

Kebutuhan labellingnya : mudah meledak, mudah terbakar, pengoksidir

Kimianya : turunan-turunan anilin, Hidro Karbon dihalogenasi dan seterusnya

Daya racunnya : sangat-sangat toksis, sedikit toksis dan lain-lain.

Penggolongan agent-agent toksis atas dasar mekanisme kerja biokimianya

(inhibitor-inhibitor sulfhidril, penghasil met Hb) biasanya lebih memberi

penjelasan dibanding penggolongan oleh istilah-istilah umum seperti irritantirritant

dan corrosif, tetapi penggolongan-penggolongan yang lebih umum seperti

pencemar-pencemar udara, agent-agent yang berhubungan dengan tempat

kerja, dan racun-racun akut dan kronis dapat menyediakan satu sentral yang

berguna atas satu masalah khusus.

Dari uraian diatas telah terbukti bahwa tidak ada system penggolongan tunggal

yang dapat diterapkan untuk keseluruhan agent-agent toksik yang beraneka

ragam itu dan gabungan dengan seistem-sistem penggolongan yang berdasarkan

faktor-faktor lain boleh jadi diperlukan untuk menyediakan system perbandingan

terbaik untuk satu tujuan tertentu.

Meskipun demikian, system penggolongan yang didasarkan pada sifat-sifat kimia

dan sifat-sifat biologis dari agent-agent dan sifat-sifat pemaparan yang khusus

sangat disukai untuk dipergunakan oleh pembuat undang-undang atau tujuan

pengawasan dan pada umumnya untuk Toksikologi.

Menurut sejarahnya usaha-usaha pertama untuk menggolong-golongakan

agent-agent adalah didasarkan sumber-sumber alamnya. Satu dari pelopor

dalam bidang ini adalah Discorides yang membagi racun-racun kedalam racunracun

binatang, tumbuh-tumbuhan dan mineral.

Sumber-sumber binatang : dalam penggolongan permulaan ini meliputi bisa-bisa

dan toxin-toxin yang dihasilkan didalam organ-organ khusus dari ular, laba-laba

dan binatang-biatang laut.

Penggolongan modern yang didasarkan atas pendekatan ini akan melibatkan

organisme-organisme laut karena racun ikan seperti toxin ciquatera adalah

sebanding dengan organisme-organisme laut yang ada dalam makanan ikan itu

dan menurut penelitian mutakhir bahwa zat toksis yang ada dalam organisme

laut bisa dipekatkan dalam proses penyediaan makanan atau penyediaan

sumber-sumber protein.

SUMBER TANAMAN : Pada awal-awal penggolongan-penggolongan ini mencakup

agent-agent yang digunakan untuk pengobatan seperti digitalis, morfin, salisilat,

dan seterusnya, racun-racun anak panah seperti curare, strichnin dan beberapa

yang disebut sebagai racun measyarakat seperti nicotine, caffeine, mariyuana,

mescaline dan lain-lain.

Pada system penggolongan mutakhir yang berdasarkan sumber tanaman ini

berisi bentuk tumbuh-tumbuhan yang lebih rendah (Kingdom Protista) dalam

penggolongan menurut Haeckle) karena mereka adalah sumber antibiotik, jamur

penghasil agent-agent seperti ergot, myco toxin-myco toxin seperti aflatoxin,

ochra toxin dan patulin dan endotoxin-endotoxin bakteri (salmonella, Clostridium

botulinum dan seterusnya.

Tambahan-tambahan yang lain kesistem penggolongan ini adalah organisme

pasang merah ( Gymodinium brevae ), algae biru hijau tertentu , mycotoxin2,

luteoskyrin, dan cyclo chloratine yang menghasilkan hematoma “beras kuning “

Sifat-sifat Pemaparan :

Effek-effek yang merugikan atau effek-effek Toksis dalam satu system biologi

tidak akan dihasilkan oleh satu agent kimia kecuali agent-agent atau hasil-hasil

perubahannya mencapai receptor yang cocok dalam system tersebut pada satu

konsentrasi dan untuk satu jangka waktu yang cukup untuk memulai timbulnya effek

toksis tersebut.

Oleh kaena, apakah satu effek toksis terjadi atau tidak, tergantung pada sifat-sifat

kimia dan fisis agent, keadaan pemaparan, dan kerentanan dari system biologi atau

sasaran.

Jadi, untuk mengetahui sifat-sifat kekuatan bahaya atau daya racun dari satu agent

kimia tertentu kita perlu mengetahui bukan hanya bentuk effek yang dihasilkan dan

dosis yang dibutuhkan untuk menghasiklkan effek, tetapi juga informasi mengenai

agent, pemaparan, dan sasaran.

Faktor-faktor yang banyak memepengaruhi toksisitas bila dikaitkan kekeadaan

pemaparan adalah cara pemberian dan lamanya pemaparan dan frekwensi

pemaparan.

Lintasan Dan Tempat Pemaparan

Lintasan-lintasan utama yang dipakai oleh agent-agent toksis untuk

membebani tubuh adalah melalui Tractus Gastro Intestinalis (menelan) paru-paru

(menghirup), kulit (topical) dan pemberian melalui parenteral.

Agent-agent toksis biasanya menunjukkan kekuatannnya yang terbesar dan

menghasilkan respon yang sangat cepat apabila diberikan secara intra vena satu

penurunan golongan kira-kira dari keeffektifan lintasan-lintasan lain adalah :

Inhalasi, intra peritonea, subcutan, intra musculair, intra dermal, oral dan topical.

Dengan pemaparan ORAL, timbulnya gejala-gejala dan kehebatan effek biasanya

cepat dan lebih sempurna satu lambung yang kosong.

Faktor-faktor pembawa dan rumus kimia yang lain secara jelas dapat merubah

penyerapan mengikuti penelanan, penghirupan atau pemaparan topical dan

pengaruh ini bisa juga terjadi pada pemberian parentral.

Serupa, Lokasi pemberian juga mempengaruhi Toksisitas Agent yang diberikan

secara parenteral.

Sebagai contoh, satu agent yang didetoksifikasi dalam liver, akan diharapkan jadi

kurang toksis ketika diberikan melalui sirkulasi portal dari pada bila diberikan melalui

sirkulasi sistemis.

Pemaparan ke agent-agent toksis industri sangat sering oleh penghirupan dan

pemaparan topical; dan keracunan kecelakaan atau bunuh diri sangat sering terjadi

melalui penelanan melalui mulut.

Perbandingan lethal dose dari satu agent oleh lintasan-lintasan yang berbeda sering

menyediakan keterangan berguna mengenai penyerapan dari agent tersebut.

Untuk bebarapa agent-agent, dosis lethal untuk pemaparan topical kira-kira 10x

lethal dose untuk pemberian oral, yang pada gilirannya kira-kira 10x dosis lethal

untuk pemberian secara intra vena.

Dalam situasi-situasi dimana dosis pemberian secara oral atau topical dekat kedosis

lethal untuk pemberian intravena, biasanya dia berarti bahwa agent toxis itu diserap

dengan mudah dan cepat.

Sebaliknya, dalam hal-hal dimana dosis lethal oleh lintasan dermal beberapa tingkat

lebih tinggi dari dosis lethal oral, disini kulit dapat diharapkan menjadi satu

menghalang yang berguna bagi peracunan dari agent tersebut.

Effek toksis oleh setiap lintasan pemaparan juga dipengaruhi oleh konsentrasi dari

agent dalam pembawanya, volume total dari agent dan pembawa yang dipaparkan

kesistem itu, dan kecepatan terjadinya pemaparan.

Pemahaman mengenai tingkatan dalam darah, sering dibutuhkan untuk menjelaskan

faktor-faktor ini dan faktor-faktor yang lainnya sebagaimana perbedaan-perbedaan

jalan pemaparan.

Lamanya & Frekwensi Pemaparan :

Effek toksis bisa dihasilkan oleh pemaparan akut dan atau kronis ke agent-agent

kimia.

Pemaparan Akut : Didefinisikan sebagai satu pemaparan tunggal atau berkali-kali

Dalam satu waktu yan singkat (sama dengan atau kurang dari 24 jam)

Untuk beberapa agent-agent effek toksis dari pemaparan akut sangat berbeda dari

yang dihasilkan oleh pemaparan kronis. Misalnya pada pemaparan akut ke timah

hitam terjadi kolik, sedangkan pada pemaparan kronis ke timah hitam terjadi

pergelangan tangan jatuh.

Pemaparan akut ke agent-agent yang secara cepat diserap sepertinya menghasilkan

effek toksis yang segera, tetapi pemaparan, akut dapat juag menghasilkan

toksisitas yang lambat, yang bisa serupa atau tidak dengan effek toksis dari

pemaparan kronis.

Sebaliknya, pemaparan kronis ke agent toksis bisa menghasilkan beberapa effekeffek

yang segera dan akut dengan masing-masing pemberian dalam penambahan

kejangka waktu lama, tingkat rendah dan effek kronis dari agent.

Dalam tanda-tanda khas dari sifat racun suatu agent kimia khusus terbukti

bahwa dibutuhkan informasi tidak hanya untuk pengaruh-pengaruh dosis tunggal

(akut) dan jangka lama (KRONIS), tetapi juga untuk pemaparan jangka menengah.

Tepatnya, pemaparan demikian disebut sebagai pemaparan jangka pendek (satu

minggu atau lebih) ataupun subkronik (biasanya : 3 bulan) dalam program

pengujian daya racun.

Faktor lain yang penting dalam hubungannya dengan waktu pemaparan adalah

frekwensi pemberian.

Umumnya dosis terbagi mengurangi effek.

Satu dosis tunggal dari satu bahan yang diuji yang menghasilkan satu effek yang

hebat dan segera, bisa menghasilkan kurang dari separoh dari effek bila diberikan

dalam 2 dosis terbagi, dan tidak ada effek bila terbagi dalam 10 dosis melalui satu

jangka waktu beberapa hari atau beberapa jam.

Efek terbagi demikian terjadi apabila metabolisme atau ekskresi yang terjadi

diantara dosis-dosis yang berurutan atau apabila kerusakan yang dihasilkan oleh

masing-masing pemberian, sebagaimana atau seluruhnya dikembalikan sebelum

pemberian berian berikutnya.

Dia merupakan bukti bahwa dengan setiap bentuk dosis multiple, produksi dari effek

toksis tidak hanya dipengaruhi oleh frekwensi pemberian tetapi sebenarnya secara

keseluruhan tergantung pada frekwensi lebih dari lamanya pemaparan.

Karena itu, EFFEK TOKSIS KRONIK terjadi apabila agent menumpuk dalam system

biologi (absorpsi melebihi metabolisme dan atau ekskresi atau bila satu agent

menghasilkan effek-effek toksis yang irreversible atau apabila disana ada waktu

yang cukup untuk satu sistem untuk kembali dari effek toxis dalam interval

frekwensi pemaparan.

Bila kecepatannya penyingkiran kurang dari kecepatan absorpsi, agent toksis

biasanya bukan menumpuk secara tak terbatas, tetapi mencapai satu keadaan tetap

dimana kecepatan penyingkiran sama kekecepatan pemberian.