1. Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5). Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
Umumnya, etanol digunakan untuk mengatasi keracunan methanol. Keracunan methanol umumnya terjadi karena etanol tertukar denganmetanol yang memiliki toksisitas lebih tinggi. Toksisitas yang tinggi dari methanol disebabkan oleh oksidasi methanol di dalam organisme menjadi formaldehid dan asam format. Gejala keracunan pertama terlihat setelah beberapa jam yaitu keluhan saluran cerna, pusing, sakit kepala, nausea, muntah dan gangguan penglihatan. Menyusul kemudian pasien akan tidak sadar dan jika tidak ditangani secara cepat akan terjadi kematian akibat kelumpuhan pernapasan.
Terapi keracunan methanol dimaksudkan untuk mencapai 3 tujuan :
1. Untuk menurunkan konsentrasi methanol dalam darah
2. Untuk menghambat oksidasi methanol
3. Untuk menghilangkan asidosis
Penurunan konsentrasi methanol dalam darah dapat dicapai dengan :
1. Dialysis peritoneal atau dialysis ekstra corporal
2. Diberikan etanol segera (30-40 ml), diusahakan agar konsentrasi etanol dalam darah 1mg/ ml selama 5 hari, kalau perlu dilakukan infuse.
3. Asidosis ditangani dengan infuse larutan NaHCO3 atau larutan Na2HPO4 dengan mengontrol reaksi urin harus jelas bersifat basa
Mekanisme kerja etanol yaitu menghambat kerja enzim pengurai methanol ( yang dinamakan competitive inhibition ) sehingga methanol tidak sempat terurai dan akan dikeluarkan melalui ginjal dalam bentuk utuhnya. Yah, penangkalnya adalah ethanol berkadar 5 -10 % yang bisa diberikan dalam cairan infus dextrose 5 % atau bisa juga diminumkan kepada pasien berupa whisky, vodka, atau gin. (jika keracunan metanol) enzym yang akan mengurai ethylene glycol akan terhambat (terblokir) sehingga mengurangi keracunan yang terjadi. (jika keracunan etilen glikol)
2. Botulismus Polivalen
Definisi 1 : Botulisme adalah suatu keadaan yang jarang terjadi dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan oleh keracunan toksin (racun) yang diproduksi oleh Clostridium botulinum.
Toksin ini adalah racun yang sangat kuat dan dapat menyebabkan kerusakan saraf dan otot yang berat. Karena menyebabkan kerusakan berat pada saraf, maka racun ini disebut neurotoksin.
Definisi 2 : Botulismus merupakan keracunan akibat makanan (tidak selalu makanan kaleng) yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum. Keracunan ini ditandai oleh kelainan neuromuskuler, jarang terjadi diare. Kematian sekitar 65%.
Terdapat 3 jenis botulisme, yaitu :
- Foodborne botulism, merupakan akibat dari mencerna makanan yang tercemar
- Wound botulism, disebabkan oleh luka yang tercemar
- Infant botulism, terjadi pada anak-anak, karena mencerna makanan yang tercemar.
PENYEBAB
Bakteri Clostridium botulinum memiliki bentuk spora. Spora ini dapat bertahan dalam keadaan dorman (tidur) selama beberapa tahun dan tahan tehadap kerusakan.
Jika lingkungan di sekitarnya lembab, terdapat cukup makanan dan tidak ada oksigen, spora akan mulai tumbuh dan menghasilkan toksin.
Beberapa toksin yang dihasilkan Clostridium botulinum memiliki kadar protein yang tinggi, yang tahan terhadap pengrusakan oleh enzim pelindung usus.
Jika makan makanan yang tercemar, racun masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, menyebabkan foodborne botulism. Sumber utama dari botulisme ini adalah makanan kalengan.
Sayuran, ikan, buah dan rempah-rempah juga merupakan sumber penyakit ini.
Demikian juga halnya dengan daging, produki susu, daging babi dan unggas.
Wound botulism terjadi jika luka terinfeksi oleh Clostridium botulinum.
Di dalam luka ini, bakteri menghasilkan toksin yang kemudian diserap masuk ke dalam aliran darah dan akhirnya menimbulkan gejala.
Infant botulism sering terjadi pada bayi berumur 2-3 bulan.
Berbeda dengan foodborne botulism, infant botulism tidak disebabkan karena menelan racun yang sudah terbentuk sebelumnya. Botulisme ini disebabkan karena makan makanan yang mengandung spora, yang kemudian tumbuh dalam usus bayi dan menghasilkan racun.
Penyebabnya tidak diketahui, tapi beberapa kasus berhubungan dengan pemberian madu.
Clostridium botulinum banyak ditemukan di lingkungan dan banyak kasus yang merupakan akibat dari terhisapnya sejumlah kecil debu atau tanah.
Gambaran klinik :
- Inkubasi penyakit ini kira-kira 18 – 36 jam, namun dapat beragam dari beberapa jam sampai 3 hari.
- Tanda awal adalah rasa lelah dan lemas, serta gangguan penglihatan.
- Diare lebih sering tidak ada.
- Gejala neurologi seperti disartria dan disfagia dapat menimbulkan pneumonia aspirasi.
- Otot-otot tungkai, lengan dan badan lemah.
- Sementara itu daya rasa (sensoris) tetap baik, dan suhu tidak meningkat.
- Diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalah poliomielitis, miastemia
gravis, dan ensefalitis virus.
Terapi umum :
Istirahat
Terutama untuk diawasi
Diet
Pemberian cairan atau alimentasi
Medikamentosa
- Obat pertama : -
- Obat alternatif :
Toksin botulinum diserap terutama di lambung dan bagian atas usus halus. Toksin yang mencapai bagian bawah usus halus dan usus besar mungkin dapat diserap secara perlahan-lahan dan menyebabkan gejala dengan mula kerja lambat maupun lama pada beberapa pasien. Toksin botulinum mempunyai efek farmakologis yang sangat spesifik, yaitu manghambat hantaran pada serabut saraf kolinergik dan mengadakan sparringdengan serabut adrenergik. Pada penyelidikan diperlihatkan bahwa sejumlah kecil toksin mengganggu hantaran saraf di dekat percabangan akhir dan di ujung serabut saraf, sebelummotor end plate, dan menghambat pelepasan asetilkolin. Reaktivitas serabut otot terhadap asetilkolin tidak mengalami gangguan. Hal ini berbeda dengan kerja kurare yang menghambat respons serabut otot terhadap asetilkolin.
Manifestasi Klinis
Akibat botulisme bervariasi sebagai penyakit yang ringan samapai penyakit yang berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu 24 jam. Gejala-gejala klinis biasanya dimulai 12-36 jam setelah toksin termakan, walaupun pernah pula dilaporkan setelah 3-14 hari. Pada umumnya, bila gejala timbul lebih cepat, maka keadaannya lebih serius dan berat. Gambaran klinisnya sangat khas, yaitu dilatasi pupil yang menetap, kekeringan selaput lendir, dan kelumpuhan otot yang progresif dengan angka kematian yang tinggi. Gejala lain dapat berupa mual dan muntah, rasa lemah, pusing dan vertigo, rasa kering pada mulut dan tenggorok, kadang-kadang disertai rasa nyeri ditenggorok, dan gejala neurologis dapat timbul segera dan bersamaan atau sesudah 12-72 jam, berupa gangguan penglihatan (kabur), diplopia, disfonia, disfagia, kelelahan, dan diikuti dengan gangguan otot-otot pernapasan. Pasien biasanya tetap sadar, berorientasi baik, dan afebris, tetapi pada yang berat kadang-kadang kesadaran dapat somnolen, kesulitan berbicara, dan menelan. Selaput lendir mulut dan lidah kering dan kasar. Kelelahan serabut otot terutama pada leher, ekstremitas proksimal, dan otot-otot timbul sesuai dengan perjalanan penyakit. Refleks tendo biasanya tetap baik. Bisa didapatkan distensi abdomen dengan bising usus melemah atau menghilang, serta retensi urin. Gejala terakhir, berupa kelumuhan otot pernapasan (paralisis respirasi), kegagalan pernapasan, obstruksi jalan napas, dan infeksi sekunder pada paru-paru, dapat menjadi penyebab-penyebab kematian. Henti jantung yang mendadak sering terjadi pada beberapa pasien dengan gangguan yang berat, tetapi apakah hal ini terjadi sekunder oleh karena anoksia atau kerja primer dari toksik botulinum masih belum jelas. Pada pasien yang sembuh, kembalinya fungsi otot-otot pernapasan, menelan, dan berbicara dapat berlangsung cepat, dan perbaikan tersebut sering terjadi dalam waktu 1 minggu. Kelemahan umum, konstipasi, gangguan okular dapat menetap untuk beberapa minggu, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.
Penatalaksanaan
Pasien dengan botulisme dapat meninggal karena kegagalan pernapasan. Trakeostomi segera atau penggunaan respirator mekanis dapat mempertahankan hidup. Enema pembersih diberikan untuk mengeluarkan toksin yang tidak diserap dalam usus besar. Segera setelah diagnosis klinis dibuat, dilakukan uji kulit terhadap antitoksin. Bila negatif segera diberikan 100.000 unit antitoksin tipe A dan tipe B serta antitoksin tipe E 10.000 unit secara iv. Karena setiap antitoksin tersebut adalah antigen spesifik, maka tidak ada proteksi silang di antara antitoksin-antitoksin tersebut. Karena antitoksin botulisme tetap berada dalam sirkulasi darah selama 30 hari, maka dianjurkan dosis terapeutik total harus segera diberikan daripada pemberian dosis kecil secara multipel dalarn waktu yang lebih lama. Antitoksin dengan dosis, 1/3- ½ dosis terapeutik harus diberikan sebagai profilaksis pada orang-orang yang diketahui makan bahan makanan yang tercemar namun belum memperlihatkan gejala-gejala klinis.
Ada dugaan bahwa C. botulinum dapat berkembang biak di dalam saluran cerna manusia, maka sebaiknya diberikan pula antibiotik untuk mencegah komplikasi infeksi yang spesifik.
- Inkubasi penyakit ini kira-kira 18 – 36 jam, namun dapat beragam dari
beberapa jam sampai 3 hari.
- Tanda awal adalah rasa lelah dan lemas, serta gangguan penglihatan.
- Diare lebih sering tidak ada.
- Gejala neurologi seperti disartria dan disfagia dapat menimbulkan
pneumonia aspirasi.
- Otot-otot tungkai, lengan dan badan lemah.
- Sementara itu daya rasa (sensoris) tetap baik, dan suhu tidak meningkat.
- Diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalah poliomielitis, miastemia
gravis, dan ensefalitis virus.
Diagnosis
Riwayat konsumsi makanan tertentu.
Penatalaksanaan
- Tindakan penanggulangan:
1. Bila perlu, berikan pernapasan buatan.
2. Jika tidak muntah, usahakan untuk muntah.
Jika perlu, lakukan bilas lambung.
- Bila terdapat tanda-tanda syok pasang infus glukosa 5% dan kalau perlu
lakukan pernafasan buatan.
- Pengobatan spesifik, terutama bila timbul gejala dengan antitoksin.
- Penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit
3. Glukagon
Glukagon adalah antagonis dari insulin: Pada prinsipnya menaikkan kadar gula di dalam darah. Glukagon diproduksi di sel alpha dari pankreas. Glukagon melewati dalam proses sintesenya yang disebut sebagai limited proteolyse, yang artinya molekul glucagon berasal dari prohormon yang lebih tepatnya disebut sebagai prohormon. Gen untuk glukagon selain di pankreas juga terdapat di otak dan sel enteroendokrin L di sistem pencernaan. Obat ini bersifat larut dalam air dan terikat dengan membran plasma. Mekanisme kerja obat ini yaitu dengan berkomunikasi dengan proses metabolisme intraselluler melalui senyawa yang disebut sebagai second messenger. Konsep second messenger timbul dari pengamatan Earl Sutherland dan rekan-rekan,bahwa Epineprin terikat pada membran plasma eritrosit burung merpati dan meningkatkan cAMP. Senyawa second messenger yang diaktivasi oleh pengikatan antara hormon dengan reseptor spesifiknya di membran plasma.
4. Paraffin Liquidum (Parafin Cair)
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral; sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpl.
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi ; tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam Eter P. Bobot per ml 0,8070 g sampai 0,890 g. Keasaman-kebebasan memenuhi syarat yang tertera pada paraffin Solidum. Serapan ultraviolet Serapan-1 cm larutan 2,0 % b/v dalam trimetilpentana P pada daerah panjang gelombang antara 240 nm dan 280 nm, tidak lebih dari 0,10. Kekentalan pada suhu 37,80 tidak kurang dari 55 cP
Khasiat dan penggunaan
· merupakan campuran hidrokarbon cair dari minyak bumi. Umumnya transparan dan tidak berbau.
· mudah mengalami oksidasi sehingga dalam penyimpanannya ditambahkan antioksidan seperti Butil hidroksi toluene (BHT).
· digunakan untuk menghaluskan basis pasta dan mengurangi viskositas sediaan krim.
· jika dicampur dengan 5% low density polietilen, lalu dipanaskan dan dilakukan pendinginan secara cepat, akan menghasilkan massa gel yang mampu mempertahankan konsistensinya dalam rentang suhu yang cukup luas (-15oC hingga 600C).
· stabil pada perubahan suhu, kompatibel terhadap banyak zat aktif, mudah digunakan, mudah disebar, melekat pada kulit, tidak terasa berminyak dan mudah dibersihkan.
· Paraffin cair digunakan untuk menurunkan viskositas basis sehingga penggunaannya lebih mudah dan menyenangkkan
Parafin terdiri atas campuran senyawa hidrokarbon cair jenuh yang di peroleh dari minyak bumi. Zat ini tidak dicerna dalam saluran lambung-usus dan hanya bekerja sebagai zat pelicin bagi isi usus dan tinja. Gunanya untuk melunakkan tinja terutama satelah pembedahan rektal atau pada penyakit wasir. Penggunanya dapat menimbulkan iritasi sekitar dubur. Zat ini digunakan sebagai emulsi yang kadang di kombinasi dengan fenolftaleine. Keburukan nya adalah sifatnya yang mengurangi penyerapan oleh tubuh dan zat-zat gizi a.l. vitamin yang larut dalam lemak (A, D , E, K) bila di inhalasi(tersedak) , zat ini dapat mengakibatkan sejenis adang paru-paru berbahaya. Penggunaan nya selama kehamilan tidak dianjurkan. Oleh karena masalah ini parafin cair praktis tidak digunakan lagi. Dosis 15-30 ml, diberikan pada malam hari sebelum tidur.
Mekanisme Parafin Liquid sebagai Antidotum :
Parafin liquidum yang memiliki sifat sulit diabsorpsi akan bercampur dengan pelarut organic dan dengan ini menurunkan absorpsi racun dalam tubuh.