Kanker servik jadi pembunuh wanita

Tahukah Anda, bahwa dalan setiap jam wanita di Indonesia meninggal akibat kanker serviks atau lebih dikenal dengan kanker mulut rahim. Bahkan dalam setiap menit wanita di seluruh dunia meninggal karna kanker yang mematikan ini.

Beda Hormon LH dan FSH

FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior, sebuah kelenjar kecil yang hadir di bagian bawah otak. FSH pada dasarnya menyebabkan pematangan sel telur di dalam folikel dalam tubuh wanita.

Manfaat Bawang Putih

Khasiat atau manfaat bawang putih ternyata tidak hanya untuk menyedapkan atau sebagai bumbu masakan saja, namun ternyata banyak hal lain yg dapat di manfaatkan dari bawang puth tersebut terutamanya untuk dunia kesehatan.

Toko Kayumanis

Selamat datang di Toko Kayumanis version Online Shop Kami menjual T-shirt, kaos oblong dan jaket T-shirt, kaos oblong dan jaket yang kami jual menggunakan bahan yang berkualitas tinggi, kelebihan dari T-shirt, kaos oblong dan jaket di Toko kami dapat anda tentukan sendiri desainnya, pola ataupun grafisnya sesusai keinginan anda sehingga dapat dipastikan tidak ada T-shirt, kaos oblong dan jaket dari Toko kami yang mempunyai motif yang sama.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 27 Februari 2012

PERILAKU KEPATUHAN BEROBAT

PERILAKU

Kesehatan merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor, baik faktor internal manusia dan faktor eksternal (di luar diri manusia). Faktor internalnya yaitu faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor, antara lain, sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, dan pendidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan individu ataupun masyarakat dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) faktor (Blum, 1974). Faktor tersebut adalah

a. lingkungan, yang meliputi lingkungan fisik, sosial-budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya

b. perilaku

c. pelayanan kesehatan

d. herediter

Oleh karena itu, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat seyogyanya ditujukan kepada keempat faktor tersebut. Jadi, upaya kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu intervensi terhadap faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatab dan herediter.

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan (Blum, 1974). Oleh sebab itu, dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980). Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

- Pengetahuan

- Sikap

- Nilai-nilai

- Demografi

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta dan sebagainya.

- Fasilitas pelayanan kesehatan

- Petugas kesehatan

- Biaya pengobatan

- Jarak rumah terhadap fasilitas kesehatan

c. Faktor-faktor penguat (reenforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, undang-undang, peraturan pemerintah di bidang kesehatan. Sarafino (1990) menyatakan bahwa keluarga terdekat, teman sebaya, guru, majikan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat, petugas kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan dalam menggunakan obat atau pengobatan.

KEPATUHAN BEROBAT

Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam pengobatan, diet, atau melaksanakan gaya hidup yang sesuai dengan kesehatan (Trostle, 1987). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998), patuh adalah suka menurut (perintah, dsb.), taat (pada aturan, perintah, dsb.), kepatuhan (atau ketaatan) (Compliance atau adherence). Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang sesuai dengan yang disarankan oleh dokternya atau petugas kesehatan yang lain (Safarino, 1990). Sacket (1985) menyatakan bahwa kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam melakukan suatu tindkan pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketaatan berobat.

Menurut Rosentock (1974) dalam Notoatmojo (2003), bila penderita patuh terhadap regimen terapi, maka angka kesakitan akan menurun, sedangkan bila tidak patuh, maka tingkat kesakitan akan meningkat beserta komplikasinya.

Taylor (1991) menyebut ketidakpatuhan sebagai masalah medis yang berat, oleh karena itu sejak tahun 1960-an sudah mulai diteliti di negara-negara industri. Kravitz dkk. (1993) menyatakan bahwa untuk penyakit-penyakit yang kronis, tingkat ketidakpatuhan tebukti meningkat cukup tinggi dalam seluruh populasi, ditambahkan pula bahwa kepatuhan juga dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup yang menguntungkan bagi pasien yang menderita penyakit kronis.