Kanker servik jadi pembunuh wanita

Tahukah Anda, bahwa dalan setiap jam wanita di Indonesia meninggal akibat kanker serviks atau lebih dikenal dengan kanker mulut rahim. Bahkan dalam setiap menit wanita di seluruh dunia meninggal karna kanker yang mematikan ini.

Beda Hormon LH dan FSH

FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior, sebuah kelenjar kecil yang hadir di bagian bawah otak. FSH pada dasarnya menyebabkan pematangan sel telur di dalam folikel dalam tubuh wanita.

Manfaat Bawang Putih

Khasiat atau manfaat bawang putih ternyata tidak hanya untuk menyedapkan atau sebagai bumbu masakan saja, namun ternyata banyak hal lain yg dapat di manfaatkan dari bawang puth tersebut terutamanya untuk dunia kesehatan.

Toko Kayumanis

Selamat datang di Toko Kayumanis version Online Shop Kami menjual T-shirt, kaos oblong dan jaket T-shirt, kaos oblong dan jaket yang kami jual menggunakan bahan yang berkualitas tinggi, kelebihan dari T-shirt, kaos oblong dan jaket di Toko kami dapat anda tentukan sendiri desainnya, pola ataupun grafisnya sesusai keinginan anda sehingga dapat dipastikan tidak ada T-shirt, kaos oblong dan jaket dari Toko kami yang mempunyai motif yang sama.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 29 Februari 2012

INSIDENSI DAN PREVALENSI PENYAKIT TBC DI INDONESIA


Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan prevalensi penyakit TBC di Indonesia sebesar 786 per 100.000 penduduk, dengan 44% diantaranya BTA positif, yakni ditemukannya bakteri M.tuberkulosis dalam dahak (sputum) penderita. Indonesia kini menempati urutan ketiga penderita penyakit TBC terbanyak di dunia, dengan 582.000 kasus baru per tahun, yang hampir separuhnya adalah TBC paru dengan BTA positif.

Penyakit TBC di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat. Menurut survei kesehatan rumah tangga (SKRT) pada tahun 1985 dan survei kesehatan nasional (Suskesnas) tahun 2001, penyakit TBC merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Indonesia, setelah penyakit kardio-vaskuler dan penyakit infeksi saluran pernafasaan pada semua kelompok umur, serta penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi.

Untuk mengurangi angka prevalensi penyakit TBC di Indonesia, pada tanggal 24 Maret 1999, pemerintah melalui Menteri Kesehatan Republik Indonesia mencanangkan Gerakan Terpadu Nasional untuk Pemberantasan Tuberkulosis (GERDUNAS TB), upaya ini dimaksudkan untuk melibatkan pihak swasta dan masyarakat menanggulangi penyakit ini. Upaya untuk menurunkan angka insidensi dan prevalensi panyakit TBC di Indonesia tidaklah mudah. Diperlukan suatu upaya yang menyeluruh dalam bentuk suatu program pemberantasan nasional.

Ada beberapa hal mendasar yang mesti diperhatikan dalam penanggulangan penyakit TBC, yaitu, 1) Adanya kesepakatan nasional dan lokal terhadap program penanggulangan penyakit TBC, 2) pendidikan kesehatan nasional dan lokal mengenai penyakit TBC, 3) penemuan kasus-kasus baru melalui pemeriksaan rutin dahak terhadap orang-orang yang memiliki gejala penyakit TBC, 4) pengobatan standar yang diobservasi, 5) pengembalian penderita yang lalai berobat, 6) pencatatan dan pemantauan kasus yang tersandarisasi, 7) Memastikan ketersedian obat dan perlengkapan lainnya, 8) pelatihan-pelatihan berulang yang berkelanjutan bagi para petugas kesehatan, 9) vaksinasi BCG bayi yang baru lahir serta 10) pemeriksaan anggota keluarga yang berinteraksi erat dengan orang dewasa penderita TBC.


Selasa, 28 Februari 2012

TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam (BTA) dengan ukuran panjang 1-4/Um dan ketebalan 0,3-0,6/Um, yang ditularkan melalui tetesan air ludah (droplet) dari penderita TBC kepada individu yang rentan.

Penyakit ini telah lama dikenal di seluruh dunia, bahkan ribuan tahun sebelum masehi. Pada tanggal 24 Maret 1892, Robert Koch berhasil mengidentifikasi dan membiakkan basil Mycobacterium tuberculosis, dan mengumumkannya secara resmi pada pertemuan Perhimpunan Ahli Fisiologi di Berlin. Penyakit TBC dapat menyerang hampir seluruh organ tubuh manusia, meskipun yang tersering adalah organ paru-paru. Diperkirakan, penyakit ini telah menyerang sepertiga jumlah penduduk dunia, dengan 95% penderitannya berada di negara berkembang dan sebanyak 75% adalah golongan usia produktif.

PENYEBAB TUBERKULOSIS

Penyebab Tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis merupakan kelompok bakteri gram positif, berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron (Bahar, 2001). Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Oleh karena itu, disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi (Anonim, 2002).

Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag (Abiyoso dkk, 1994). Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya (Bahar, 2001).

Gejala Tuberkulosis Paru

Gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Anonim, 2008).

Diagnosis Tuberkulosis Paru

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA (Basil Tahan Asam) pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS (sewaktu-pagi-sewaktu) BTA hasilnya positif (Anonim, 2008).

PENGOBATAN TB PARU

Prinsip Pengobatan Pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut (Anonim, 2006) :

1) Obat Anti Tuberkulosis (OAT) biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap awal (intensif)

a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan

a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama

b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis

Jenis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang digunakan antara lain (Anonim, 2002) :

1) Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.

2) Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.

3) Pirasinamid (Z)

Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.

4) Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75g/hari, sedangkan untuk berumur 60 atau lebih diberikan 0,50g/hari.

5) Etambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg BB.

Panduan Obat Anti Tuberkulosis

Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) menurut WHO dan IUATLD (International Against Tuberkulosis and Lung Disease) ada 3 kategori, antara lain (Anonim, 2002) :

1) Kategori 1

Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari

Isonoasid (H) dan Rimpamisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).

Obat ini diberikan untuk :

a) Penderita baru TBC Paru BTA positif

b) Penderita TBC Paru BTA negatif Rontegn yang ”sakit berat”

c) Penderita TBC Ekstra Paru Berat

2) Kategori 2

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), etambutol (E) dan suntikan streptomisin setiap hari dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK). Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu.

Obat ini diberikan untuk :

a) Penderita kambuh (relaps)

b) Penderita gagal (failure)

c) Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)

3) Kategori 3

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan tiga kali seminggu (4H3R3).

Obat ini diberikan untuk :

a) Penderita baru BTA negatif dan rongent positif sakit ringan

b) Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

Mulai tahun 2008 pengobatan pasien tuberkulosis untuk pasien dewasa diberikan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap (KDT) dan dalam pengobatan bentuk KDT hanya terdapat 2 kategori serta pemberian obat disesuaikan dengan berat badan pasien, yaitu sebagai berikut (Anonim, 2008) :

1) Kategori 1

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru yang :

a) Pasien baru TB paru BTA positif

b) Pasien TB baru BTA negatif foto toraks positif

c) Pasien TB ekstra paru

Senin, 27 Februari 2012

PERILAKU KEPATUHAN BEROBAT

PERILAKU

Kesehatan merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor, baik faktor internal manusia dan faktor eksternal (di luar diri manusia). Faktor internalnya yaitu faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor, antara lain, sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, dan pendidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan individu ataupun masyarakat dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) faktor (Blum, 1974). Faktor tersebut adalah

a. lingkungan, yang meliputi lingkungan fisik, sosial-budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya

b. perilaku

c. pelayanan kesehatan

d. herediter

Oleh karena itu, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat seyogyanya ditujukan kepada keempat faktor tersebut. Jadi, upaya kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu intervensi terhadap faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatab dan herediter.

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan (Blum, 1974). Oleh sebab itu, dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980). Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

- Pengetahuan

- Sikap

- Nilai-nilai

- Demografi

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta dan sebagainya.

- Fasilitas pelayanan kesehatan

- Petugas kesehatan

- Biaya pengobatan

- Jarak rumah terhadap fasilitas kesehatan

c. Faktor-faktor penguat (reenforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, undang-undang, peraturan pemerintah di bidang kesehatan. Sarafino (1990) menyatakan bahwa keluarga terdekat, teman sebaya, guru, majikan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat, petugas kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan dalam menggunakan obat atau pengobatan.

KEPATUHAN BEROBAT

Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam pengobatan, diet, atau melaksanakan gaya hidup yang sesuai dengan kesehatan (Trostle, 1987). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998), patuh adalah suka menurut (perintah, dsb.), taat (pada aturan, perintah, dsb.), kepatuhan (atau ketaatan) (Compliance atau adherence). Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang sesuai dengan yang disarankan oleh dokternya atau petugas kesehatan yang lain (Safarino, 1990). Sacket (1985) menyatakan bahwa kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam melakukan suatu tindkan pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketaatan berobat.

Menurut Rosentock (1974) dalam Notoatmojo (2003), bila penderita patuh terhadap regimen terapi, maka angka kesakitan akan menurun, sedangkan bila tidak patuh, maka tingkat kesakitan akan meningkat beserta komplikasinya.

Taylor (1991) menyebut ketidakpatuhan sebagai masalah medis yang berat, oleh karena itu sejak tahun 1960-an sudah mulai diteliti di negara-negara industri. Kravitz dkk. (1993) menyatakan bahwa untuk penyakit-penyakit yang kronis, tingkat ketidakpatuhan tebukti meningkat cukup tinggi dalam seluruh populasi, ditambahkan pula bahwa kepatuhan juga dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup yang menguntungkan bagi pasien yang menderita penyakit kronis.

Minggu, 26 Februari 2012

Penyakit TB paru di Indonesia


Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang prevalensinya tinggi menduduki peringkat 3 didunia dalam jumlah penderita Tb. Terdapat 220.000 orang pasien penderita TB baru per tahun atau 500 orang penderita per hari. Data 2008, angka kematian 88.000 orang/tahun atau 240 orang/hari meninggal akibat penyakit TB.

Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberkulosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besardari orang yang terinfeksi tidak akan terjadi penderita tuberkulosis, hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita tuberkulosis. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita tuberkulosis adalah daya tahan tubuh rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS disamping faktor pelayanan kesehatanyang belum memadai.

Tujuan program penanggulangan tuberkulosis adalah menggunakan sumber daya yang terbatas untuk mencegah, mendiagnosis dan mengobati penyakit dengan cara yang paling baik dan ekonomis. Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal. Apabila panduan obatyang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman tebal obat (resisten).

Faktor penunjang kelangsungan berobat adalah pengetahuan penderita mengenal bahaya penyakit TB paru yang gampang menular kesisi rumah, terutama pada anak, motivasi keluarga baik saran dan perilaku keluarga kepada penderita untuk menyelesaikan pengobatannya dan penjelasan petugas kesehatan kalau pengobatan gagal akan diobatidari awal lagi. Oleh karena itu pemahaman dan pengetahuan penderita memegang peranan penting dalam keberhasilan pengobatan TB paru.

Sebagai penyakit kronis, dimana membutuhkan pengobatan yang rutin selama enam bulan membuat penderita menjadi bosan sehingga timbul ketidakpatuhan dalam proses pengobatan. Ketidakpatuhan ini menyebabkan penderita paru lama untuk sembuh dan menjadi penyebar infeksi bakteri TBC. Akibatnya jumlah penderita TB paru di Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia. Alasan utama gagalnya pengobatan adalah pasien tidak minum obatnya secara teratur dalam waktu yang diharuskan Seluruh keberhasilanprogram tergantung dari supervisi yang baik atas pengobatan. Ketidakpatuhan penderita dalam proses pengobatan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain latar belakang pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan pendapatan bagi penderita usia produktif dan bekerja. Sedangkan faktor eksternal antara lain pelayanan kesehatan, jarak dan transportasi menjangkau layanan kesehatan, petugas puskesmas, biaya pengobatan.

Sabtu, 25 Februari 2012

ZAT ANTITOKSIK



Saat ini manusia sering terkena zat-zat toksik baik dari makanan, air dan lingkungan. Di rumah pun bukan berarti tidak berbahaya karena masih ada kemungkinan keracunan insektisida maupun herbisida. Tergantung dari sifat yang dimiliki oleh zat toksik tersebut, sehingga bisa terserap melalui lambung, usus, paru-paru dan atau kulit.

Untungnya, hati (liver) memiliki kemampuan mendetoksifikasi zat-zat toksik tersebut sehingga dapat dikeluarkan melalui urine, empedu dan udara. Namun, apabila kecepatan penyerapan melebihi kecepatan ekskresinya, zat toksik itu akan menumpuk dalam konsentrasi kritis dan mengakibatkan munculnya efek toksik dari zat tersebut.

Zat-zat tosik seperti sulfida, arsenik, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan efek keracunan. Untuk itu, dibutuhkan zat antitoksik seperti Desferrioksamin Metansulfonat untuk keracunan besi akut.

Untuk pemilihan dan penggunaan antidotum & zat antitoksik yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Di apotik online medicastore anda dapat mencari antidotum & zat antitoksik dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli antidotum & zat antitoksik sesuai yang diresepkan dokter anda.

Jumat, 24 Februari 2012

ANTIDOTUM



Antidotum lebih difokuskan terhadap over dosis atau dosis toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan bila digunakan melebihi dosis amannya. Selain itu, perbedaan metabolisme tubuh setiap orang terhadap dosis obat juga mempengaruhi.

Obat dapat menjadi racun bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan. Dalam hal ini, obat tidak akan menyembuhkan melainkan berbahaya. Umumnya akan timbul efek sampingnya.

Praktisi kesehatan seperti dokter dan apoteker harus berhati-hati dalam memilih dosis obat yang sesuai dengan kondisi penderita. Obat yang sama dapat diberikan dalam dosis yang berbeda kepada bayi, anak-anak, dewasa dan usia lanjut. Hal ini disebabkan perbedaan kesempurnaan pembentukan organ-organ tubuh terutama hati dalam tiga jenis manusia tersebut.

Pengobatan terhadap keracunan obat yang umum untuk keracunan yang terjadi kurang dari 24 jam yaitu dengan membilas lambung bila obat baru ditelan, memuntahkan obat sampai tindakan khusus untuk mempercepat pengeluaran obat dari tubuh. Setelah bilas lambung, karbon aktif dan suatu pencahar perlu diberikan.

Pada keracunan yang parah dibutuhkan antidotum yang memang terbukti menolong terhadap efek keracunan obat tertentu, misal asam Folinat untuk keracunan metotrexat.

Nalokson, atropin, chelating agent, natrium tiosulfat, metilen biru merupakan antidotum spesifik yang sangat ampuh dan sering menimbulkan reaksi pengobatan yang dramatis. Namun, sebagian terbesar kasus keracunan harus dipuaskan dengan pengobatan gejalanya saja, dan ini
pun hanya untuk menjaga fungsi vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah.

Racun akan didetoksikasi oleh hepar secara alamiah dan racun atau metabolitnya akan diekskresi melalui ginjal dan hati. Selama keracunan hanya perlu dipertahankan pernapasan dan sistem kardiovaskuler (fungsi vital).



Kamis, 23 Februari 2012

Superbug


Bibit penyakit yang resisten itu dikenal dengan nama superbugs. Superbugs ini dapat menjadi masalah serius bagi kesehatan, baik bagi si penderita maupun masyarakat luas. Bila ada anggota masyarakat di suatu lingkungan mengonsumsi antibiotik secara berlebihan (tidak rasional), lingkungan tersebut potensial terinfeksi oleh kuman yang sudah resisten antibiotik.

Kebiasaan memberikan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat, frekuensi pemberian yang keliru, dan waktu pemberian yang terlalu lama atau cepat mengurangi efikasi antibiotik sebagai pembunuh kuman.

Akibat lain dari pemberian antibiotik yang tidak tepat adalah timbulnya kuman yang resisten. Setiap makhluk memiliki kemampuan untuk bertahan, begitu pun bakteri atau kuman. Jika jasad renik ini diserang terus-menerus, akan tercipta suatu sistem untuk bertahan dengan cara bermutasi atau berubah bentuk sehingga sulit dibunuh oleh antibiotik.

Infeksi akibat superbugs ini memerlukan antibiotik yang jauh lebih kuat. Pasien harus dirawat di rumah sakit karena antibiotiknya harus diberikan melalui cairan infus. Pengobatan infeksi oleh bakteri yang kebal antibiotik menjadi amat mahal karena membutuhkan antibiotik lebih mutakhir dengan kemungkinan efek samping lebih besar serta waktu pengobatan lebih panjang. ketidakrasionalan penggunaan antibiotik beragam. Mulai dari ketidaktepatan dalam pemilihan jenis antibiotik hingga cara dan lama pemberian.

Rabu, 22 Februari 2012

ANTIDOTUM & ZAT ANTITOKSIK

Antidotum adalah penawar racun, sedangkan antitoksik adalah penawar terhadap zat yang beracun (toksik) terhadap tubuh.

ANTIDOTUM

Antidotum lebih difokuskan terhadap over dosis atau dosis toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan bila digunakan melebihi dosis amannya. Selain itu, perbedaan metabolisme tubuh setiap orang terhadap dosis obat juga mempengaruhi.

Obat dapat menjadi racun bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan. Dalam hal ini, obat tidak akan menyembuhkan melainkan berbahaya. Umumnya akan timbul efek sampingnya.

Praktisi kesehatan seperti dokter dan apoteker harus berhati-hati dalam memilih dosis obat yang sesuai dengan kondisi penderita. Obat yang sama dapat diberikan dalam dosis yang berbeda kepada bayi, anak-anak, dewasa dan usia lanjut. Hal ini disebabkan perbedaan kesempurnaan pembentukan organ-organ tubuh terutama hati dalam tiga jenis manusia tersebut.

Pengobatan terhadap keracunan obat yang umum untuk keracunan yang terjadi kurang dari 24 jam yaitu dengan membilas lambung bila obat baru ditelan, memuntahkan obat sampai tindakan khusus untuk mempercepat pengeluaran obat dari tubuh. Setelah bilas lambung, karbon aktif dan suatu pencahar perlu diberikan.

Pada keracunan yang parah dibutuhkan antidotum yang memang terbukti menolong terhadap efek keracunan obat tertentu, misal asam Folinat untuk keracunan metotrexat.

Nalokson, atropin, chelating agent, natrium tiosulfat, metilen biru merupakan antidotum spesifik yang sangat ampuh dan sering menimbulkan reaksi pengobatan yang dramatis. Namun, sebagian terbesar kasus keracunan harus dipuaskan dengan pengobatan gejalanya saja, dan inipun hanya untuk menjaga fungsi vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah.

Racun akan didetoksikasi oleh hepar secara alamiah dan racun atau metabolitnya akan diekskresi melalui ginjal dan hati. Selama keracunan hanya perlu dipertahankan pernapasan dan sistem kardiovaskuler (fungsi vital).

ZAT ANTITOKSIK

Saat ini manusia sering terkena zat-zat toksik baik dari makanan, air dan lingkungan. Di rumah pun bukan berarti tidak berbahaya karena masih ada kemungkinan keracunan insektisida maupun herbisida. Tergantung dari sifat yang dimiliki oleh zat toksik tersebut, sehingga bisa terserap melalui lambung, usus, paru-paru dan atau kulit.

Untungnya, hati (liver) memiliki kemampuan mendetoksifikasi zat-zat toksik tersebut sehingga dapat dikeluarkan melalui urine, empedu dan udara. Namun, apabila kecepatan penyerapan melebihi kecepatan ekskresinya, zat toksik itu akan menumpuk dalam konsentrasi kritis dan mengakibatkan munculnya efek toksik dari zat tersebut.

Zat-zat tosik seperti sulfida, arsenik, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan efek keracunan. Untuk itu, dibutuhkan zat antitoksik seperti Desferrioksamin Metansulfonat untuk keracunan besi akut.

Untuk pemilihan dan penggunaan antidotum & zat antitoksik yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Di apotik online medicastore anda dapat mencari antidotum & zat antitoksik dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli antidotum & zat antitoksik sesuai yang diresepkan dokter anda.

Selasa, 21 Februari 2012

berhati – hati menggunakan antibiotik

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak yang membahayakan kesehatan masyarakat. Salah satunya, resistensi bakteri terhadap antibiotik yang ada. Padahal, penemuan antibiotik generasi baru lambat karena tidak mudah.

kekebalan kuman terhadap antibiotik kian mengkhawatirkan dan membahayakan. Kekebalan kuman membuat kita bisa kembali ke era sebelum antibiotik ditemukan.

antibiotik hanya menyembuhkan penyakit akibat infeksi bakteri. Bakteri mampu bermutasi sehingga tahan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik.

”Superbug”

kemunculan superbug (bakteri yang tak dapat dilemahkan) oleh antibiotik paling mutakhir.

Pengobatan infeksi oleh bakteri yang kebal antibiotik menjadi amat mahal karena membutuhkan antibiotik lebih mutakhir dengan kemungkinan efek samping lebih besar serta waktu pengobatan lebih panjang. ketidakrasionalan penggunaan antibiotik beragam. Mulai dari ketidaktepatan dalam pemilihan jenis antibiotik hingga cara dan lama pemberian.

Kebiasaan memberikan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat, frekuensi pemberian yang keliru, dan waktu pemberian yang terlalu lama atau cepat mengurangi efikasi antibiotik sebagai pembunuh kuman. Terapi yang tidak efektif akan menimbulkan resistensi yang serius.

Penggunaan antibiotik tidak rasional yang paling sering ditemukan ialah pada batuk pilek dan diare akut akibat virus.

Senin, 20 Februari 2012

Penyebab umum dari anemia


o Perdarahan hebat

o Akut (mendadak)

o Kecelakaan

o Pembedahan

o Persalinan

o Pecah pembulu darah

o Kronik (menahun)

o Perdarahan hidung

o Wasir (hemoroid)

o Ulkus peptikum

o Kanker atau polip di saluran pencernaan

o Tumor ginjal atau kandung kemih

o Perdarahan haid yang sangat banyak

· Berkurangnya pembentukan sel darah merah

o Kekurangan zat besi

o Kekurangan vit. B12

o Kekurangan asam folat

o Kekurangan vit. C

o Penyakit kronik

o Meningkatnya penghancuran sel darah merah

o Pembesaran limpa

o Kerusakan mekanik pada sel darah merah

o Reaksi autoimun terhadap sel darah merah:

§ Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

§ Sferositosis herediter

§ Elliptositosis herediter

o Kekurangan G6PD

o Penyakit kelainan bentuk eritrosit

o Thalasemia

Minggu, 19 Februari 2012

Dampak Penggunaan Antibiotik yang berlebihan


Penggunaan atau pemberian antibiotik sebenarnya tidak membuat kondisi tubuh semakin baik, justru merusak sistem kekebalan tubuh karena imunitas anak bisa menurun akibat pemakaiannya. Alhasil, beberapa waktu kemudian anak mudah jatuh sakit kembali.

Jika pemberian antibiotik dilakukan berulang-ulang, ujung-ujungnya anak jadi mudah sakit dan harus bolak-balik ke dokter gara-gara penggunaan antibiotik yang tak rasional.

Selain itu, ada beragam efek yang mengancam bila anak mengonsumsi antibiotik secara irasional, di antaranya kerusakan gigi, demam, diare, muntah, mual, mulas, ruam kulit, gangguan saluran cerna, pembengkakan bibir maupun kelopak mata, hingga gangguan napas. Bahkan, berbagai penelitian menunjukkan, pemberian antibiotik pada usia dini berisiko menimbulkan alergi di kemudian hari.

Dampak lain akibat pemberian antibiotik irasional adalah gangguan darah di mana salah satu antibiotik seperti kloramfenikol dapat menekan sumsum tulang sehingga produksi sel-sel darah menurun. Risiko kelainan hati muncul pada pemakaian antibiotik eritromisin, flucloxacillin, nitrofurantoin, trimetoprim, dan sulfonamid.

Golongan amoxycillin dan kelompok makrolod dapat menimbulkan allergic hepatitis (peradangan hati). Sementara antibiotik golongan aminoglycoside, imipenem/meropenem, ciprofloxacin juga dapat menyebabkan gangguan ginjal.

Selain itu, pemberian antibiotik spektrum luas tanpa indikasi yang tepat dapat mengganggu perkembangan flora normal usus karena dapat mematikan bakteri gram positif, bakteri gram negatif, kuman anaerob, serta jamur yang digunakan pada proses pencernaan dan penyerapan makanan dalam tubuh. Bakteri yang ada di dalam tubuh umumnya menguntungkan, seperti bakteri pada usus yang membantu proses pencernaan serta pembentukan vitamin B dan K.

anak yang kelebihan antibiotik bisa mengalami kekurangan vitamin K yang berguna mencegah perdarahan. Selain itu, juga akan menyebabkan anak menderita penyakit diare karena sistem pencernaan terganggu dan mengalami iritasi di bagian usus akibat zat-zat kimia dari antibiotik.

Diare disebabkan terbunuhnya kuman yang diperlukan untuk pencernaan dan menjaga ketahanan usus sehingga bakteri patogen menguasai tempat tersebut dan merusak proses pencernaan.

Akibat lain dari pemberian antibiotik yang tidak tepat adalah timbulnya kuman yang resisten. Setiap makhluk memiliki kemampuan untuk bertahan, begitu pun bakteri atau kuman. Jika jasad renik ini diserang terus-menerus, akan tercipta suatu sistem untuk bertahan dengan cara bermutasi atau berubah bentuk sehingga sulit dibunuh oleh antibiotik.

Bibit penyakit yang resisten itu dikenal dengan nama superbugs. Superbugs ini dapat menjadi masalah serius bagi kesehatan, baik bagi si penderita maupun masyarakat luas. Bila ada anggota masyarakat di suatu lingkungan mengonsumsi antibiotik secara berlebihan (tidak rasional), lingkungan tersebut potensial terinfeksi oleh kuman yang sudah resisten antibiotik.

Infeksi akibat superbugs ini memerlukan antibiotik yang jauh lebih kuat. Pasien harus dirawat di rumah sakit karena antibiotiknya harus diberikan melalui cairan infus. Antibiotik ini berisiko menimbulkan efek samping kesehatan yang lebih berat. Selain itu, dalam waktu cepat, bakterinya akan kebal kembali terhadap antibiotik yang superkuat tadi.

Antibiotik mampu memerangi infeksi akibat bakteri atau kuman sehingga tak lepas perannya dalam proses penyembuhan. Akan tetapi, penggunaan yang irasional menyebabkan antibiotik lebih banyak merugikannya ketimbang menguntungkan.

Sabtu, 18 Februari 2012

Anemia


Anemia berasal dari bahasa Yunani yang artinya kekurangan darah. Pada dasarnya penyakit anemia disebabkan oleh kurangnya sel darah merah, atau kadar sel tersebut lebih rendah dari hemoglobin dalam darah.

Hemoglobin berfungsi membawa oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika kadarnya menurun maka bisa berdampak serius pada kesehatan tubuh. Kenali tipe dari penyakit ini.

Anemia karena kekurangan zat besi
Ini adalah jenis anemia yang paling umum. Disebabkan oleh kurangnya jumlah zat besi dalam tubuh yang berdampak pada menurunnya kadar hemoglobin.

Aplastic anemia
Anemia jenis ini terjadi ketika produksi sel darah merah dari sumsum tulang kurang mencukupi kebutuhan tubuh. Kondisi ini juga ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan jenis sel darah.

Sickle-cell anemia
Untuk anemia ini disebabkan faktor genetik. Yaitu bentuk sel darah merah tidak normal, menyerupai bulan sabit. Sejumlah masalah akan timbul dari kelainan bentuk sel darah merah ini.

Pernicious anemia
Anemia ini disebabkan tubuh kekurangan vitamin B.

Untuk perawatan anemia, sebaiknya Anda berkonsultasi dulu dengan dokter untuk mendapat diagnosa yang tepat. Selain itu, ada beberapa bahan alami yang bisa dikonsumsi, untuk mengtasi anemia Anda. Seperti, buah bit karena kaya akan zat besi, mineral dan vitamin. Bubuk kari dan teh dandelion juga bisa dikonsumsi karena kandungan zat besinya yang sangat tinggi.

Wanita lebih rentan terhadap gangguan anemia karena periode menstruasi. Untuk itu Anda perlu mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C dan vitamin B untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Gejala anemia ini antara lain lemas, cepat lelah, sakit kepala dan wajah tampak pucat.

Pencegahan Anemia

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan.

Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.

Penyebab umum dari anemia:

o Perdarahan hebat

o Akut (mendadak)

o Kecelakaan

o Pembedahan

o Persalinan

o Pecah pembulu darah

o Kronik (menahun)

o Perdarahan hidung

o Wasir (hemoroid)

o Ulkus peptikum

o Kanker atau polip di saluran pencernaan

o Tumor ginjal atau kandung kemih

o Perdarahan haid yang sangat banyak

· Berkurangnya pembentukan sel darah merah

o Kekurangan zat besi

o Kekurangan vit. B12

o Kekurangan asam folat

o Kekurangan vit. C

o Penyakit kronik

o Meningkatnya penghancuran sel darah merah

o Pembesaran limpa

o Kerusakan mekanik pada sel darah merah

o Reaksi autoimun terhadap sel darah merah:

§ Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

§ Sferositosis herediter

§ Elliptositosis herediter

o Kekurangan G6PD

o Penyakit kelainan bentuk eritrosit

o Thalasemia

Jumat, 17 Februari 2012

KADAS/KURAP DAN PANU



Penyakit kadas atau kurap adalah suatu infeksi jamur pada kulit. Penyakit ini bisa

mengenai semua bagian kulit tetapi biasa ditemukan pada kulit kepala, kuku, lipat

lengan, lipat paha atau kaki. Kulit kepala yang bersisik karena jamur kadas ini

mungkin bisa dikira sebagai ketombe, tetapi perbedaan kedua jenis penyakit ini

bisa dengan cepat dilihat pada pemeriksaan mikroskop dari bahan kerokan kulit.

Panu juga merupakan suatu infeksi jamur pada kulit. Penyakit ini biasanya tidak

memberikan keluhan yang berarti. Munculnya ditandai dengan bercak bersisik

halus yang berwarna putih hingga kecoklatan. Panu bisa ditemukan pada daerah

mana saja di badan termasuk leher dan lengan. Biasanya menyerang ketiak, lipat

paha, lengan, tungkai atas, muka dan kulit kepala yang berambut.

Gejala – gejala

• Kadas/Kurap :

- Lesi berbentuk bulat dengan pinggir meninggi dan bersisik, bagian

tengah agak cekung dan sering bebas dari peradangan.

- Sangat gatal, terutama saat berkeringat

- Peradangan kulit , biasanya akibat garukan.

- Pada kepala : Lesi berupa bercak-bercak kebotakan kadang-kadang

beradang jelas, kadang-kadang tidak beradang

- Pada kuku : Penebalan kuku/jaringan dibawah kuku, lama-lama kuku

akan rusak dan lepas

• Panu :

- Bercak putih pada kulit dengan batas tegas, bersisik halus

- Gatal terutama bila berkeringat

Penyebab

• Kurap

- Infeksi kulit disebabkan oleh jamur, dan menurut tempatnya ada

beberapa jenis penyebab kurap :

- tinea capitis (di kepala)

- tinea corporis (di tubuh)

- tinea crusis (lipatan paha)

- tinea pedis (di kaki)

- Bisa ditularkan melalui kontak langsung tetapi tidak mudah

• Panu

Infeksi kulit oleh jamur Tinea versicolor

Hal Yang Dapat Dilakukan

- Pencegahan dengan menjaga kebersihan diri dengan mandi 2 kali

sehari, menjaga lipatan kulit selalu kering, gunakan baju bersih dan

pakai alas kaki.

- Jangan digaruk karena akan tmbul infeksi lain

- Oleskan krem/ shampo anti jamur

- Periksa dokter bila menyerang kuku atau gejala menetap



lihat artikel lainnya di Analisis Dunia Kesehatan