Senin, 27 Juni 2011

Masalah pada Serviks

Kanker serviks merupakan kanker yang terbanyak diderita
wanita-wanita di negara yang sedang berkembang termasuk
Indonesia. Di negara maju kanker ini menduduki urutan ke-10
dan bila digabung maka ia menduduki urutan ke-5.
Sebagaimana kanker umumnya maka kanker serviks akan
menimbulkan masalah-masalah berupa kesakitan (morbiditas),
penderitaan, kematian, finansial/ekonomi maupun lingkungan
bahkan pemerintah.
Dengan demikian penanggulangan kanker umumnya dan
kanker serviks khususnya harus dilakukan secara menyeluruh
dan terintegrasi.
INSIDENS DAN FREKUENSI
Berapa banyakkah insidens kanker serviks di Indonesia?
Departemen Kesehatan RI memperkirakan insidensnya adalah
100 per 100.000 penduduk pertahun. Data yang dikumpulkan
dari 13 laboratorium patologi-anatomi di Indonesia menunjukkan
bahwa frekuensi kanker serviks tertinggi di antara
kanker yang ada di Indonesia maupun di Rumah Sakit Umum
Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo.
Jika dilihat penyebarannya di Indonesia terlihat bahwa
92,44% terakumulasi di Jawa-Bali.
USIA
Insidens kanker serviks meningkat sejak usia 25-34 tahun
dan menunjukkan puncaknya pada usia 35-44 tahun di Rumah
Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo, dan 45-
54 tahun di Indonesia (tabel 4)(2). Laporan FIGO pada tahun
1998 menunjukkan kelompok usia 30-39 tahun dan 60-69
tahun terbagi sama banyaknya. Secara keseluruhan, stadium Ia
lebih sering ditemukan pada kelompok usia 30-39 tahun,
sedang untuk stadium IB dan II lebih sering ditemukan pada
kelompok usia 40-49 tahun. Kelompok usia 60-69 tahun
merupakan proporsi tertinggi pada stadium III dan IV(3).
Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto
mangunkusumo stadium Ib, IIa, IIb sering terdapat pada
kelompok usia 35-44 tahun, stadium IIIb sering pada kelompok
usia 45-54 .
PENDIDIKAN
Umumnya penderita berpendidikan rendah dengan ratarata
6,71 +/- SD 3,94 tahun, baik secara keseluruhan stadium
ataupun kalau dilihat pada stadium tertentu saja. Pendidikan
penderita minimum 0 tahun dan maksimum 19 tahun. Karena
keadaan sosial ekonomi sukar dinilai maka dengan mengetahui
tingkat pendidikan penderita keadaan sosial ekonominya dapat
diperkirakan.
PARITAS
Paritas tersebar rata baik pada stadium awal maupun
stadium lanjut dengan rata-rata 4,74 +/- 2,47. Minimum paritas
0 dan maksimum 13 (tabel 6)(2).
STADIUM
Kebanyakan pasien datang pada stadium lanjut. Penderita
dengan stadium IIb-IVb sebanyak 66,4%. Kebanyakan dengan
stadium IIIb yaitu sebanyak 37,3% atau lebih dari 1/3 kasus,
dan stadium awal yaitu Ia-IIa hanya sebanyak 28,6% (tabel
7)(2). Data ini menunjukkan bahwa banyak penderita datang
sangat terlambat dan mencari pertolongan hanya setelah terjadi
perdarahan. Hal ini berlawanan dengan laporan FIGO yang
menyatakan bahwa kebanyakan pasien datang pada stadium II
atau kurang(3). Hal ini dapat dipahami karena pendidikan yang
kurang, sosial ekonomi rendah dan tidak terjangkaunya/ter
sedianya skrining oleh penderita.
DIAGNOSIS
Tes Pap bermanfaat untuk menapis kanker ini pada
stadium prakanker dan kemudian dikonfirmasi dengan
pemeriksaan biopsi jaringan dengan atau tanpa alat bantu
seperti kolposkopi. Sedang pada yang invasif selain
pemeriksaan fisik dan biopsi juga perlu periksaan penunjang
lainnya seperti sistoskopi (buli-buli), rektoskopi (rektum), foto
paru, ginjal, USG dan tambahan CT-scan atau MRI.
Pemeriksaan penunjang ini memerlukan biaya yang mahal
dan sangat memberatkan penderita maupun keluarganya
apalagi dengan situasi ekonomi yang sedang parah saat ini.
PENGOBATAN
Pengobatan prakanker atau kanker tergantung dari tingkat
penyakitnya. Pada prakanker pengobatan dari sekadar destruksi
lokal misalnya kauterisasi sampai dengan pengangkatan rahim
sederhana (histerektomia). Sedang pada kanker invasif
umumnya pengobatan adalah operasi, radiasi, kemoterapi atau
kombinasi. Operasi dilakukan pada stadium awal (Ia-IIa),
radiasi dapat diberikan pada stadium awal atau lanjut tetapi
masih terbatas di panggul, sedang kemoterapi diberikan pada
stadium lanjut dan sudah menyebar jauh atau dapat diberikan
bila terjadi residif atau kambuh.
Biaya pengobatan makin tinggi dengan lanjutnya stadium
Penyakit.
KESAKITAN/MORBIDITAS
Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan
yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks.
Sebagian besar lesi prakanker tidak menimbulkan gejala seperti
terlihat pada data dari the Leiden Cytology and Pathology
Laboratory pada 1975-1976 (tabel 10), sedang data Boon dan
Suurmeijer pada tahun 1985 menunjukkan 92% tidak ada
gejala sama sekali dan kalaupun ada berupa: perdarahan
sesudah bersanggama, perdarahan di luar masa haid,
perdarahan pada pascamenopause, keluar cairan dari vagina
berwarna kemerahan, rasa berat di perut bawah dan rasa kering
di vagina.
Bila sudah terjadi kanker maka akan timbul gejala yang
sesuai dengan tingkat penyakitnya yaitu dapat lokal atau
tersebar. Gejala yang timbul dapat berupa perdarahan sesudah
bersanggama (seksual aktif), atau dapat juga terjadi perdarahan
di luar masa haid, pascamenopause. Bila tumornya besar dapat
terjadi infeksi dan menimbulkan cairan berbau yang mengalir
keluar dari vagina. Bila penyakitnya sudah lanjut maka akan
timbul nyeri panggul, gejala yang berkaitan dengan kandung
kemih dan usus besar.
Gejala lain yang ditimbulkan dapat berupa gangguan organ
yang terkena misalnya otak (nyeri kepala, gangguan
kesadaran), paru (sesak atau batuk darah), tulang (nyeri atau
patah tulang), hati (nyeri perut kanan atas, kuning atau
pembengkakan) dan lain-lain.
KEMATIAN/MORTALITAS
Akibat serius dari penyakit ini adalah kematian. Makin
tinggi stadium penyakitnya makin sedikit penderita yang dapat
bertahan hidup/survive
Besarnya masalah yang timbul tergantung pada tingkat
penyakitnya. Makin tinggi tingkat penyakitnya makin besar
masalah yang ditimbulkannya. Dengan demikian deteksi dini
merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk mengeleminasi
kerugian fisik, materi, psikis dan sosial yang diakibatkan oleh
penyakit ini.

Artikel lainnya di Analisis Dunia Kesehatan

0 komentar: