Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam (BTA) dengan ukuran panjang 1-4/Um dan ketebalan 0,3-0,6/Um, yang ditularkan melalui tetesan air ludah (droplet) dari penderita TBC kepada individu yang rentan.
Penyakit ini telah lama dikenal di seluruh dunia, bahkan ribuan tahun sebelum masehi. Pada tanggal 24 Maret 1892, Robert Koch berhasil mengidentifikasi dan membiakkan basil Mycobacterium tuberculosis, dan mengumumkannya secara resmi pada pertemuan Perhimpunan Ahli Fisiologi di Berlin. Penyakit TBC dapat menyerang hampir seluruh organ tubuh manusia, meskipun yang tersering adalah organ paru-paru. Diperkirakan, penyakit ini telah menyerang sepertiga jumlah penduduk dunia, dengan 95% penderitannya berada di negara berkembang dan sebanyak 75% adalah golongan usia produktif.
PENYEBAB TUBERKULOSIS
Penyebab Tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis merupakan kelompok bakteri gram positif, berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron (Bahar, 2001). Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Oleh karena itu, disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi (Anonim, 2002).
Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag (Abiyoso dkk, 1994). Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya (Bahar, 2001).
Gejala Tuberkulosis Paru
Gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Anonim, 2008).
Diagnosis Tuberkulosis Paru
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA (Basil Tahan Asam) pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS (sewaktu-pagi-sewaktu) BTA hasilnya positif (Anonim, 2008).
PENGOBATAN TB PARU
Prinsip Pengobatan Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut (Anonim, 2006) :
1) Obat Anti Tuberkulosis (OAT) biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)
a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama
b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis
Jenis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang digunakan antara lain (Anonim, 2002) :
1) Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.
2) Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
3) Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
4) Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75g/hari, sedangkan untuk berumur 60 atau lebih diberikan 0,50g/hari.
5) Etambutol (E)
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg BB.
Panduan Obat Anti Tuberkulosis
Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) menurut WHO dan IUATLD (International Against Tuberkulosis and Lung Disease) ada 3 kategori, antara lain (Anonim, 2002) :
1) Kategori 1
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari
Isonoasid (H) dan Rimpamisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :
a) Penderita baru TBC Paru BTA positif
b) Penderita TBC Paru BTA negatif Rontegn yang ”sakit berat”
c) Penderita TBC Ekstra Paru Berat
2) Kategori 2
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), etambutol (E) dan suntikan streptomisin setiap hari dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK). Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu.
Obat ini diberikan untuk :
a) Penderita kambuh (relaps)
b) Penderita gagal (failure)
c) Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)
3) Kategori 3
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan tiga kali seminggu (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :
a) Penderita baru BTA negatif dan rongent positif sakit ringan
b) Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
Mulai tahun 2008 pengobatan pasien tuberkulosis untuk pasien dewasa diberikan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap (KDT) dan dalam pengobatan bentuk KDT hanya terdapat 2 kategori serta pemberian obat disesuaikan dengan berat badan pasien, yaitu sebagai berikut (Anonim, 2008) :
1) Kategori 1
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru yang :
a) Pasien baru TB paru BTA positif
b) Pasien TB baru BTA negatif foto toraks positif
c) Pasien TB ekstra paru